Bagi sebagian orang, memasuki lingkungan sosial yang baru dan berinteraksi dengan orang asing adalah hal yang horor. Selain merasa seolah-olah disorot sepanjang waktu, mereka juga sering kebingungan mencari topik pembicaraan yang tepat untuk memecahkan balok es sosial. Jawaban saya adalah: lupakan ketepatan, carilah kesamaan.
Selama bertahun-tahun, para psikolog evolusi menyatakan bahwa kesamaan atau kemiripan adalah kunci dari rasa aman dan keterhubungan, sesuatu yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup. Oleh sebab itu manusia sudah otomatis terprogram untuk cepat akrab nyaman ketika berhadapan dengan seseorang yang nyaris serupa, baik dalam minat, pengalaman, penampilan, latar belakang, dsb.
Saya yakin Anda sudah pernah terpikir tentang hal itu, jadi ini adalah konfirmasi dan dorongan agar Anda lebih aktif mengaplikasikannya dalam pergaulan sehari-hari. Perhatikan kostum yang lawan bicara Anda kenakan. Lirik juga bros, motif dasi, kalung cincin, pulpen, rokok, handphone, dan asesoris lainnya. Dari jutaan data input yang Anda terima setiap detiknya, pasti ada ratusan yang mirip dan puluhan yang sejalan dengan Anda. Dari jumlah itu, Anda hanya perlu memilih satu saja setiap lima menit untuk dibahas dengan santai.
Tidak usah pusing apakah itu topik atau waktu yang tepat untuk membahasnya, dinamika sosial bukanlah soal ujian yang mementingkan ketepatan. Juga tidak perlu cemas lawan bicara Anda tidak senang membahasnya karena topik yang seseorang paling sukai adalah mengenai dirinya sendiri. Apalagi tentang kostum atau fashion, mereka paling senang membahasnya setiap kali ada kesempatan.
Lebih jauh lagi, Journal of Personality and Social Psychology pernah mengeluarkan sebuah karya penelitian yang menunjukkan bahwa mimikri (yaitu meniru gaya dan perilaku) dapat meningkatkan rasa kenyamanan dalam sebuah interaksi sosial.
“In the study, psychologists Tanya Chartrand, who is now at Duke, and John Bargh, who is now at Yale, asked college students to describe a set of photographs in one-on-one discussions with researchers. During the discussions, the researchers subtly but consistently mirrored the mannerisms and posture of the students. If one of the college kids leaned back, then the researcher leaned back. If one of the kids folded his arms, then the researcher did as well. With a control group, the researchers made no attempt to copy behaviors; instead, they adopted a neutral tone and body language.
None of the kids noticed that the researchers were mimicking them. And yet compared with those who were not imitated, the students who were mimicked reported liking the researchers more and thinking the interaction went more smoothly. In short, when people imitate us — nodding when we do, tilting their heads when we do — we are more willing to be their ally.“
Jadi kalaupun suatu saat Anda kesulitan untuk menemukan persamaan dengan lawan bicara, Anda bisa menciptakan kesamaan tersebut dengan cara mengimitasi gerak tubuhnya. Dalam studi hipnosis dan komunikasi persuasif, hal tersebut dikenal dengan istilah mirroring. Tapi ingat untuk melakukannya dengan sangat halus agar lawan bicara Anda tidak merasa aneh!
Untuk semakin memperjelas, saya akan simpulkan sebagai berikut: untuk lebih memperlancar interaksi pergaulan, Anda hanya perlu membiasakan hobi mencari kesamaan, kemiripan, kesejajaran diri dengan orang-orang di sekeliling.
Ayo praktek sekarang juga, dan laporkan hasilnya.
Sabtu, 16 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar