Pertama kali melihat Helen Hunt dalam serial Mad About You, saya langsung jatuh cinta dan mad about her. Satu dekade kemudian, film Bridget Jones’ Diary berhasil membuat saya tergila-gila dengan RenĂ©e Zellweger. Hmm, menarik sekali karena jika berbicara soal cinta dan gangguan jiwa, ternyata keduanya adalah hal yang sama.
Anda pasti mengerti apa yang saya maksud. Ketika panah cinta tertancap, Anda seperti orang yang dirasuki tanpa memandang itu kasus cinta monyet, cinta bertepuk sebelah tangan, cinta berbalas, cinta lokasi, atau cinta-cintaan lainnya. Seluruh tubuh direndam oleh berbagai hormon kimia yang bukan saja menyenangkan, namun juga membuat Anda terlihat tidak seperti biasanya.
Lauren Slater, seorang peneliti yang menulis di majalah National Geographic, menjelaskan bahwa orang yang mengalami jatuh cinta memiliki kandungan biokimia yang serupa dengan orang yang menderita gangguan obsesif kompulsif (dikenal dengan istilah OCD). Cinta dianggap dapat membuat seorang yang sehat jadi bertingkah seolah memiliki penyakit patologis.
Sekedar gambaran, jika Anda tidak tahu apa itu penyakit OCD, ingat-ingat perilaku Nicholas Cage di Matchstick Men, Jack Nicholson di As Good As It Gets, Tony Shalhoub dalam Monk, atau Leonardo diCaprio dalam The Aviator.
“So far we have relied on stories to explain the complexities of love, tales of jealous gods and arrows. Now, however, these stories—so much a part of every civilization—may be changing as science steps in to explain what we have always felt to be myth, to be magic. For the first time, new research has begun to illuminate where love lies in the brain, the particulars of its chemical components.“
Saya sudah pernah sedikit mengungkit proses kimiawi ini tempo hari, jadi hari ini adalah sebagian lainnya yang terhubung dengan fenomena gangguan-gangguan kejiwaan.
* Cinta mengaktifkan area di dalam otak yang terhubung dengan kenikmatan dan memicu dopamine sehingga seseorang mengalami energi yang intens, peningkatan fokus, halusinasi, kecerobohan, dan keriangan yang tidak beralasan.
* Orang yang mengalami jatuh cinta dan OCD memiliki tingkat serotonin 40% lebih rendah daripada orang normal, dan keduanya bisa dihentikan dengan mengkonsumsi Prozac, Paxil, Aurorix, dan obat anti-depresan lainnya. Ini adalah sesuatu yang sangat menarik: keriangan, kebahagiaan dan kegilaan asmara Anda bisa dibilang sebagai salah satu bentuk depresi! :D
* Secara biologis, perasaan jatuh cinta itu perlahan-lahan memudar karena otak kita setelah sekian lama mengadaptasikan diri dengan cekokan dopamine sehingga tidak sesensitif sebelumnya. Ini sama seperti sebagian orang yang sudah terbiasa minum alkohol lama-kelamaan semakin kebal dan mampu bertahan minum tanpa jadi mabuk.
* Dr Frank Tallis menuliskan dalam majalah The Psychologist bahwa mabuk cinta merupakan hal yang serius. Gejala-gejalanya seperti hypomania, mood yang melayang, terlalu murah hati, depresi, mudah menangis, insomnia, kehilangan konsentrasi, sakit perut, kehilangan nafsu makan, pusing, dan mudah linglung.
* Sebegitu seriusnya gangguan karena jatuh cinta, Dr. Alex Gardner, seorang psikolog klinis dari British Psychological Society, menyatakan demikian, “You can get into a state of despair and hopelessness. Hopelessness is like a pit… when you are in it, it is very hard to get out.
You have no vision and there is no way forward that you can see. You find yourself in such a state of despair that you just curl up and die. People in any stage of love (lust, romantic or long-term) can experience love sickness.“
* Cinta beroperasi di ventral pallidum, atau pusat area kenikmatan di dalam otak, sekaligus bagian yang aktif ketika seseorang menikmati candu. Dikombinasikan dengan siraman hormon-hormon tubuh lainnya, muncullah gangguan yang mengakibatkan seseorang kecanduan dengan kekasih idamannya. Dan ketika tidak mendapatkan balasan cinta, maka ia akan bertingkah sama seperti seorang pecandu yang kesakitan mencari-cari obatnya.
Apa saya bilang kemarin, benarkan Anda pasti pernah mengalami gangguan kejiwaan? ;)
“The similarities between passionate love and mental illness have been noted since classical times. The ancient Greeks employed the term ‘theia mania’ (or madness from the gods) to describe the sudden overthrow of reason associated with falling in love, and the principles of Hippocratic medicine provide a mechanism that explains why lovers are prone to emotional distress. According to the humoural model, if love becomes too heated, vital fluids evaporate creating a cold, dry state known as love melancholy.“
Sabtu, 16 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar