Dalam dunia romansa, ada pepatah berbunyi, “Pria mencari, wanita menentukan,” yang mengimplikasikan wanita sebagai makhluk yang lebih defensif dan selektif dalam hal percintaan. Sekalipun itu ada benarnya, saya akan membongkar asumsi tersebut dan memberitahu cheat code untuk menurunkan tembok pertahanan wanita.
Pola tradisional mengharuskan pria sebagai pihak yang aktif dalam mendekati lawan jenis yang dia inginkan, sementara sang wanita cukup perlu duduk diam saja, menunggu. Kita, kaum pria, seperti harus berlomba-lomba menunjukkan minat, menarik perhatian sang wanita, sementara ia dengan santai menilai ini dan itu dari segerombolan pria yang mendekatinya, sebelum akhirnya menentukan pilihan. Demikianlah muncul kristalisasi wanita sebagai figur penyeleksi dalam percintaan.
Jika Anda sudah membaca tulisan tempo hari bahwa pria dan wanita tidak seberbeda itu dari segi intelejensia dan pola komunikasi, ternyata kebiasaan seleksi-menyeleksi dalam romansa tersebut juga tidak ada hubungannya dengan gender sosial.
Wanita bersikap selektif bukan karena mereka terprogram untuk lebih picky atau selektif dibandingkan pria. Hal tersebut selama ini selalu digembar-gemborkan oleh para penganut psikologi evolusi bahwa biaya dan resiko reproduksi bagi wanita lebih besar dibandingkan bagi pria. Itu selama ini menjadi dasar ilmiah mengapa wanita, secara genetik, bersikap lebih hati-hati soal percintaan.
Namun apa yang ditemukan oleh Eli J. Finkel dan Paul W. Eastwick dari Northwestern University memberikan terobosan yang berbeda dalam publikasinya yang berjudul Arbitrary Social Norms Influence Sex Differences in Romantic Selectivity. Setelah meneliti 350 mahasiswa dalam program speed-dating, ternyata baik pria dan wanita memiliki kebiasaan seleksi yang sebanding kadarnya. Hanya saja wanita terlihat lebih selektif sebagai akibat langsung dari sikap mereka yang pasif dan menunggu.
Pada paruh pertama program speed-dating tersebut, para pria berkeliling rotasi mendekati satu wanita ke wanita lainnya, sementara para wanita hanya duduk diam menunggu saja. Pada paruh berikutnya, gantian kini para wanita yang melakukan rotasi mendekati para pria. Setelah semuanya selesai, masing-masing menuliskan laporan seberapa besar minat mereka untuk bertemu lagi dengan calon pasangan-pasangannya.
Ketika para pria berotasi melakukan pendekatan, hasil laporannya sesuai dengan asumsi selama ini bahwa pria tidak selektif dalam mencari lawan jenis yang disukai. Tapi hasil laporan yang menarik muncul pada paruh yang kedua: ketika wanita berotasi melakukan pendekatan, mereka menjadi kurang selektif, sementara pria yang duduk jadi lebih selektif atau pickier.
“The mere act of physically approaching a potential romantic partner (vs. being approached), a behavior that is more characteristic of men than of women, increases one’s attraction to that partner. Rotators were significantly less selective than were sitters, which meant that the tendency for men to be less selective than women at events where men rotated disappeared at events where women rotated.“
Saya akan bagikan cheat code dengan gratis di sini: berhenti mengejar wanita dan tempatkan diri Anda dalam sebanyak mungkin situasi yang membuatnya berinisiatif melakukan usaha-usaha pendekatan pada Anda. Pendeknya, ‘paksa’ mereka untuk bersikap aktif mendekati Anda, karena ketika sang wanita bergerak maju (baik inisiatif sendiri atau dipaksa oleh manipulasi keadaan yang Anda ciptakan) dengan minat romansa, dia akan menjadi pihak yang tidak defensif dan lebih ekspresif ketika berinteraksi. Salah satu cara paling sederhana adalah menjadi narsis.
“The embodiment research shows that our physical activity and psychological processes interface in ways that are outside our conscious awareness. Confidence also may have affected the results. Approaching a potential date increases confidence, which in turn makes the approacher less selective. In conjunction with this previous embodiment research, our speed-dating results strongly suggest that the mere act of approaching a potential love interest can boost desire.“
Sabtu, 16 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar