Sebutkan sepuluh buah karya seni legendaris dunia yang Anda ketahui, mulai dari lagu, mitos dan dongeng, hingga berbagai kreasi lukisan, pahatan serta arsitektur. Lalu perhatikan bagaimana nyaris setiap karya tersebut terinspirasi dari ataupun bertemakan elemen romansa. Contoh yang paling mudah ditemukan adalah dalam dunia musik yang sepertinya tidak pernah kehabisan stok lagu dari dewa-dewi Cupid. Jika cinta dan romansa membuat kita lebih kreatif, lalu bagaimana dengan seks?
Berdasarkan penelitian terbaru seorang psikolog, Jens Forster, dari University of Amsterdam yang berjudul Why Love Has Wings and Sex Has Not, cinta membuat Anda cenderung berpikir lebih besar dan kreatif, sementara seks menjadikan Anda lebih sempit dan kritis. Para sukarelawan diminta untuk membayangkan skenario dengan pasangannya sedang bertamasya atau sedang berhubungan intim, lalu diberikan sejumlah tes tertulis.
Ditemukan bahwa mereka yang berpikir tentang cinta ternyata memiliki skor lebih tinggi pada tes kemampuan creative insight dan lebih rendah pada tes analisis logika. Persis kebalikannya terjadi pada mereka yang berpikir tentang seks, yakni hebat dalam logika namun lemah dalam out-of-the-box thinking.
“The experiments demonstrated that love makes us think differently in that it triggers global processing, which in turn promotes creative thinking and interferes with analytic thinking. Thinking about sex, however, has the opposite effect: it triggers local processing, which in turn promotes analytic thinking and interferes with creativity.“
Proses berpikir global membuat kita jadi lebih kreatif karena itu membantu kita lebih lentur untuk asosiasi yang asing atau tidak terpikir sebelumnya. Kita ambil satu contoh kasus dalam hal memberikan hadiah kepada pasangan. Jika menggunakan proses berpikir lokal, kita akan lebih terpaku pada obyek-obyek yang tipikal, nyata dan konkrit, seperti perhiasan, jam tangan, buku, parfum, dsb.
Sementara proses berpikir global akan menginspirasikan bentuk-bentuk hadiah yang lebih intrinsik, emosional, dan kasat mata (yang biasanya justru memberikan efek kepuasan lebih luas atau panjang). Contohnya menciptakan karangan lagu atau puisi, memberikan koleksi CD lagu favorit, mengalah, membatalkan kesibukan dan tiba-tiba muncul, memasakkan makanan tertentu, mengajak olahraga bersama, dsb.
Tes penelitian berikutnya menyimpulkan bahwa berpikir akan rasa sayang dan cinta membuat kita sulit memilah-milah kualitas dari orang yang kita sayangi. Kita melihat sang pasangan seolah-olah dikelilingi aura cahaya indah yang membuatnya sempurna melakukan apa saja; sebuah fenomena yang biasa diberi nama Halo Effect. Jika ditanya mengapa kita menyukainya, kita hanya bisa menghela nafas dengan terheran-heran sendiri, berkata sambil tersenyum, “Entahlah..”
Berpikir akan seks dan nafsu memberikan efek sebaliknya, yakni terlalu perhitungan dan analitikal. Dalam kehidupan nyata, efek tersebut akan muncul dalam bentuk, “Saya suka dia karena keluarganya baik dan kaya,” atau “Saya suka karena dia romantis,” atau “Saya suka dia karena kita punya gaya yang mirip dan bisa saling melengkapi,” atau “Saya suka karena saya bisa dapat X, Y, Z.”
Entah bagaimana dengan Anda, tapi saya pribadi terinspirasi banyak sekali ide-ide segar dari yang bisa dipakai dalam strategi romansa maupun kehidupan sehari-hari.
Ingin berbagi ide yang Anda dapatkan?
Sabtu, 16 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar