Danu Anthony Stinson, dari University of Waterloo, menulis hasil penelitiannya tentang Acceptance Prophecy di Personality and Social Psychology Bulletin sebagai berikut:
“People’s expectations of acceptance often come to create the acceptance or rejection they anticipate. The authors tested the hypothesis that interpersonal warmth is the behavioral key to this acceptance prophecy: If people expect acceptance, they will behave warmly, which in turn will lead other people to accept them; if they expect rejection, they will behave coldly, which will lead to less acceptance.“
Dalam bahasa Indonesia sederhananya adalah Anda akan lebih diterima oleh orang lain ketika Anda berpikir Anda akan diterima oleh mereka. Sebaliknya, jika Anda berpikir orang tersebut akan menolak/risih, maka kita secara tak sadar akan bersikap demikian yang memancing mereka bersikap sama.
Ini sepertinya bukan sebuah pencerahan ajaib dari segi ilmu pengetahuan, tapi dari segi aplikasi sehari-hari, berapa banyak orang yang melanggar prinsip ini dan malah menyalahkan orang lain jika mereka diperlakukan kurang baik? Berapa banyak pasangan pria dan wanita yang sebenarnya dapat menikmati cinta dan romansa dengan baik, namun malah saling menyakiti satu sama lain karena secara tidak sadar melanggar prinsip ini?
Prinsip ini jauh lebih mudah diamati dalam konteks ngehit. Pria yang sudah keterlaluan takutnya dan membayangkan penolakan sebelum mengobrol dengan seorang wanita asing, sudah nyaris dipastikan akan mendapat respon persis sama seperti ekspektasinya tersebut. Dalam setiap interaksi sosial, kedua belah pihak pasti memiliki tingkat kecemasan dan ketidaknyamanan yang sama.
Coba pikirkan rasa takut dan bingung yang sang wanita rasakan ketika ia diajak mengobrol oleh orang yang sama sekali asing. Anda mungkin saja terlihat rapih dan bersih, namun tetap saja ada alarm kecil yang menyala dalam dirinya agar berhati-hati pada Anda. Sekalipun dia mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama terhadap Anda, itu tidak akan menghilangkan rasa cemasnya, malah memperparah karena kini ia merasa sangat awas atau sadar terhadap dirinya; takut dirinya dianggap buruk, kurang menyenangkan oleh Anda.
Lalu bayangkan apa yang terjadi pada tingkah Anda jika Anda tenggelam dalam perasaan malu, takut, panik, dan bingung yang sama atau bahkan lebih parah… Dalam istilah neuro-linguistic programming, Anda sedang melakukan pacing dan mengkonfirmasi rasa cemas dan tidak nyaman sang wanita. Tidak heran jika seiring waktu, dia akan bersikap makin dingin dan resah ketika meladeni obrolan Anda.
Sadari kebiasaan buruk tersebut dan kendalikan agar dapat menguntungkan posisi Anda. Semakin Anda menunjukkan sekuritas dan penerimaan diri dalam sebuah interaksi, semakin lawan bicara Anda terdorong memberikan respon yang sama pada Anda.
Sabtu, 16 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar