John Blanchard tertarik dengan seorang gadis yang dikenalnya lewat surat menyurat. Ia belum pernah tahu seperti apa wajah dan penampilannya. Yang ia tahu bahwa ia lembut, baik, penuh kasih dan sungguh hatinya manis. Demikianlah kesimpulannya setiap kali membaca surat dari Miss Hollis Maynell, gadis yang dikenal lewat surat menyurat itu. Lebih dari satu tahun Blanchard saling berkirim surat dengan Miss Maynell. Setiap surat merupakan benih yang jatuh dalam hati yang subur. Sebuah kisah cinta mulai bersemi di antara mereka. Blanchard pernah minta dikirimi foto, tapi gadis itu menolaknya. Menurut dia, kalau memang Blanchard benar-benar mencintainya, tidak menjadi soal bagaimana paras mukanya. Setelah satu tahun berlalu mereka memutuskan untuk bertemu di Grand Central Station, New York, dengan tanda bahwa Miss Maynell akan menyelipkan mawar ke bajunya.
Waktu yang ditentukan tiba, dan Blanchard dengan hati berdegup mulai mencari-cari gadis dengan bunga mawar. Dalam pencariannya itu, ia bertemu dengan seorang gadis yang luar biasa cantik. Blanchard mulai berjalan beriringan dengannya beberapa waktu lamanya ketika gadis itu bertanya, “Anda ke jurusan sama seperti saya?” Hanya sayang, gadis itu tidak memakai mawar merah. Dan ketika ia sedikit menoleh ke belakang, ia melihat seorang wanita dengan bunga mawar merah berdiri di belakang gadis itu.
Wanita itu jauh diatas 40 tahun. Terlalu gemuk untuk ukuran wanita. Parasnya pun sangat biasa. Sangat berbeda jauh dengan gadis cantik tadi. Blanchard sedikit bimbang. Ia ingin mengikuti gadis cantik tadi, tapi hatinya sudah terlanjur melekat dengan tulisan-tulisan lembut Miss Haynell. Ia lebih memilih hati daripada mencintai paras dan penampilan luar. Akhirnya ia putuskan untuk menyatakan diri kepada wanita gemuk itu. “Saya John Blanchard dan Anda pasti Miss Mayneel. Saya sangat senang bertemu dengan Anda dan kalau tidak keberatan saya mengundang Anda untuk makan malam.” Wanita itu tersenyum, “Saya tidak tahu pasti apa yang sedang terjadi. Tetapi gadis cantik di depan saya tadi membujuk saya untuk memakai bunga mawar ini. Dan katanya, kalau Anda mengundang saya untuk makan malam, saya harus mengatakan kepada Anda bahwa ia sedang menunggu Anda di restoran besar di depan sana. Katanya, ini semacam ujian hati untuk sebuah cinta dan ketulusan!”
(Taken from :Max Lucado, And The Angels Were Silent)
Well guys mari belajar dari hati seorang John Blanchard, memang sulit sekali mencari seorang pria bahkan wanita zaman sekarang ini dengan hati yang demikian, saya pribadi pun sangat terharu melihat kisah ini, dan belajar untuk menghargai orang lain tanpa memandang status, paras, kekayaan dan semua atribut di luarnya, melainkan melihat apa yang jauh ada di dalamnya. Seperti pepatah Inggris bilang :
- Don’t judge this book by it’s cover -
Selasa, 26 Januari 2010
Kehidupan
Berapa umur kita saat ini?
25 tahun, 35 tahun, 45 tahun atau bahkan 60 tahun...
Berapa lama kita telah melalui kehidupan kita?
Berapa lama lagi sisa waktu kita untuk menjalani kehidupan?
Tidak ada seorang pun yang tahu kapan kita mengakhiri hidup ini.
Matahari terbit dan kokok ayam menandakan pagi telah tiba.
Waktu untuk kita bersiap melakukan aktivitas, sebagai karyawan, sebagai
pelajar, sebagai seorang profesional, dll.
Kita memulai hari yang baru.
Macetnya jalan membuat kita semakin tegang menjalani hidup.
Terlambat sampai di kantor, itu hal biasa.
Pekerjaan menumpuk, tugas dari boss yang membuat kepala pusing, sikap anak
buah yang tidak memuaskan, dan banyak problematika pekerjaan harus kita
hadapi di kantor.
Tak terasa, siang menjemput...
"Waktunya istirahat..makan- makan.."
Perut lapar, membuat manusia sulit berpikir.
Otak serasa buntu.
Pekerjaan menjadi semakin berat untuk diselesaikan.
Matahari sudah berada tepat di atas kepala.
Panas betul hari ini...
Akhirnya jam istirahat selesai, waktunya kembali bekerja...
Perut kenyang, bisa jadi kita bukannya semangat bekerja malah ngantuk.
Aduh tapi pekerjaan kok masih banyak yang belum selesai.
Mulai lagi kita kerja, kerja dan terus bekerja sampai akhirnya terlihat di
sebelah barat...
Matahari telah tersenyum seraya mengucapkan selamat berpisah.
Gelap mulai menjemput.
Lelah sekali hari ini.
Sekarang jalanan macet.
Kapan saya sampai di rumah.
Badan pegal sekali, dan badan rasanya lengket.
Nikmat nya air hangat saat mandi nanti.
Segar segar...
Ada yang memacu kendaraan dengan cepat supaya sampai di rumah segera, dan
ada yang berlarian mengejar bis
kota bergegas ingin sampai di rumah.
Dinamis sekali kehidupan ini.
Waktunya makan malam tiba.
Ibu kita telah menyiapkan makanan kesukaan kita.
"Ohh..ada sop ayam".
"Wah soto daging buatan ibu memang enak sekali".
anak memuji masakan Ibunya.
Itu juga kan yang sering kita lakukan.
..Selesai makan, bersantai sambil nonton TV.
Tak terasa heningnya malam telah tiba.
Lelah menjalankan aktivitas hari ini, membuat kita tidur dengan lelap.
Terlelap sampai akhirnya pagi kembali menjemput dan mulailah hari yang
baru lagi.
Kehidupan..ya seperti itu lah kehidupan di mata sebagian besar orang.
Bangun, mandi, bekerja, makan, dan tidur adalah kehidupan.
Jika pandangan kita tentang arti kehidupan sebatas itu, mungkin kita tidak
ada bedanya dengan hewan yang
puas dengan bisa bernapas, makan, minum, melakukan kegiatan rutin, tidur.
Siang atau malam adalah sama.
Hanya rutinitas... sampai akhirnya maut menjemput.
Memang itu adalah kehidupan tetapi bukan kehidupan dalam arti yang luas.
Sebagai manusia jelas kita memiliki perbedaan dalam
menjalankan kehidupan. Kehidupan bukanlah sekedar
rutinitas.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencurahkan potensi diri kita untuk
orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka dan duka dengan orang
yang kita sayangi.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa mengenal orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita melayani setiap umat manusia.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencintai pasangan kita, orang tua
kita, saudara, serta mengasihi sesama kita.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan terus belajar tentang
arti kehidupan.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita selalu mengucap syukur k
Kehidupan adalah ... dll.
Begitu banyak Kehidupan yang bisa kita jalani.
Berapa tahun kita telah melalui kehidupan kita ?
Berapa tahun kita telah menjalani kehidupan rutinitas kita ?
Akankah sisa waktu kita sebelum ajal menjemput hanya kita korbankan untuk
sebuah rutinitas belaka ?
Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput, mungkin 5 tahun lagi, mungkin 1
tahun lagi, mungkin sebulan
lagi, mungkin besok, atau mungkin 1 menit lagi.
Pandanglah di sekeliling kita...ada segelintir orang yang membutuhkan kita.
Mereka menanti kehadiran kita.
Mereka menanti dukungan kita.
Orang tua, saudara, pasangan, anak, sahabat dan sesama......
Bersyukurlah setiap saat bahwa kita masih dipercayakan untuk
menjalani kehidupan ini.
Selamat menjalani hidup yang lebih berkualitas.
25 tahun, 35 tahun, 45 tahun atau bahkan 60 tahun...
Berapa lama kita telah melalui kehidupan kita?
Berapa lama lagi sisa waktu kita untuk menjalani kehidupan?
Tidak ada seorang pun yang tahu kapan kita mengakhiri hidup ini.
Matahari terbit dan kokok ayam menandakan pagi telah tiba.
Waktu untuk kita bersiap melakukan aktivitas, sebagai karyawan, sebagai
pelajar, sebagai seorang profesional, dll.
Kita memulai hari yang baru.
Macetnya jalan membuat kita semakin tegang menjalani hidup.
Terlambat sampai di kantor, itu hal biasa.
Pekerjaan menumpuk, tugas dari boss yang membuat kepala pusing, sikap anak
buah yang tidak memuaskan, dan banyak problematika pekerjaan harus kita
hadapi di kantor.
Tak terasa, siang menjemput...
"Waktunya istirahat..makan- makan.."
Perut lapar, membuat manusia sulit berpikir.
Otak serasa buntu.
Pekerjaan menjadi semakin berat untuk diselesaikan.
Matahari sudah berada tepat di atas kepala.
Panas betul hari ini...
Akhirnya jam istirahat selesai, waktunya kembali bekerja...
Perut kenyang, bisa jadi kita bukannya semangat bekerja malah ngantuk.
Aduh tapi pekerjaan kok masih banyak yang belum selesai.
Mulai lagi kita kerja, kerja dan terus bekerja sampai akhirnya terlihat di
sebelah barat...
Matahari telah tersenyum seraya mengucapkan selamat berpisah.
Gelap mulai menjemput.
Lelah sekali hari ini.
Sekarang jalanan macet.
Kapan saya sampai di rumah.
Badan pegal sekali, dan badan rasanya lengket.
Nikmat nya air hangat saat mandi nanti.
Segar segar...
Ada yang memacu kendaraan dengan cepat supaya sampai di rumah segera, dan
ada yang berlarian mengejar bis
kota bergegas ingin sampai di rumah.
Dinamis sekali kehidupan ini.
Waktunya makan malam tiba.
Ibu kita telah menyiapkan makanan kesukaan kita.
"Ohh..ada sop ayam".
"Wah soto daging buatan ibu memang enak sekali".
anak memuji masakan Ibunya.
Itu juga kan yang sering kita lakukan.
..Selesai makan, bersantai sambil nonton TV.
Tak terasa heningnya malam telah tiba.
Lelah menjalankan aktivitas hari ini, membuat kita tidur dengan lelap.
Terlelap sampai akhirnya pagi kembali menjemput dan mulailah hari yang
baru lagi.
Kehidupan..ya seperti itu lah kehidupan di mata sebagian besar orang.
Bangun, mandi, bekerja, makan, dan tidur adalah kehidupan.
Jika pandangan kita tentang arti kehidupan sebatas itu, mungkin kita tidak
ada bedanya dengan hewan yang
puas dengan bisa bernapas, makan, minum, melakukan kegiatan rutin, tidur.
Siang atau malam adalah sama.
Hanya rutinitas... sampai akhirnya maut menjemput.
Memang itu adalah kehidupan tetapi bukan kehidupan dalam arti yang luas.
Sebagai manusia jelas kita memiliki perbedaan dalam
menjalankan kehidupan. Kehidupan bukanlah sekedar
rutinitas.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencurahkan potensi diri kita untuk
orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka dan duka dengan orang
yang kita sayangi.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa mengenal orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita melayani setiap umat manusia.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita mencintai pasangan kita, orang tua
kita, saudara, serta mengasihi sesama kita.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan terus belajar tentang
arti kehidupan.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita selalu mengucap syukur k
Kehidupan adalah ... dll.
Begitu banyak Kehidupan yang bisa kita jalani.
Berapa tahun kita telah melalui kehidupan kita ?
Berapa tahun kita telah menjalani kehidupan rutinitas kita ?
Akankah sisa waktu kita sebelum ajal menjemput hanya kita korbankan untuk
sebuah rutinitas belaka ?
Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput, mungkin 5 tahun lagi, mungkin 1
tahun lagi, mungkin sebulan
lagi, mungkin besok, atau mungkin 1 menit lagi.
Pandanglah di sekeliling kita...ada segelintir orang yang membutuhkan kita.
Mereka menanti kehadiran kita.
Mereka menanti dukungan kita.
Orang tua, saudara, pasangan, anak, sahabat dan sesama......
Bersyukurlah setiap saat bahwa kita masih dipercayakan untuk
menjalani kehidupan ini.
Selamat menjalani hidup yang lebih berkualitas.
Berkaryalah!
Tidak ada kata terlalu muda ataupun terlalu tua untuk mencapai apa yang ingin Anda raih. Cobalah pertimbangkan kehidupan orang-orang ini:
* George Burns memperoleh piala Oscar ketika usianya sudah mencapai 80 tahun,
* Golda Meir menjadi Perdana Menteri Israel pada usia 71 tahun,
* Mozart baru berusia 7 tahun ketika komposisinya diterbitkan untuk pertama kali.
* Moses mulai melukis ketika dia berusia 80 tahun. Dia telah menyelesaikan lebih dari 1.500 buah lukisan selama hidupnya, dan 25% dari lukisannya diselesaikan ketika dia berusia 100 tahun,
* Benyamin Franklin menerbitkan surat kabar ketika dia berusia 16 tahun, dan dia membantu menyusun kerangka UUD Amerika Serikat ketika dia berusia 81 tahun.
* Michaelangelo berusia 71 tahun ketika dia mengukir Basilika St.Petrus,
* S.I. Hayakawa pensiun dari jabatannya sebagai rektor Universitas San Fransisco ketika berusia 70 tahun, dan kemudian terpilih sebagai angggota Senat,
* Casey Stengel tidak ingin pensiun dari jabatannya sebagai manajer N-Y Mats hingga dia mencapai usia 75 tahun.
Demikianlah soal usia, semuanya adalah soal persepsi. Sayangnya, dalam hidup ini, soal usia seringkali kita jadikan alasan. Memang saat ini banyak organisasi dan perusahaan yang membatasi usia tertentu yang dianggap masih produktif. Ini adalah bagian dari aturan dalam perusahaan. Namun, semuanya kembali kepada diri kita sendiri.
Di usia berapa pun, kita tetap punya kesempatan mencoba, tidak perlu menyerah dan kita akan tetap punya peluang untuk sukses. Kesuksesan, pada akhirnya ada pada keinginan dan usaha Anda, bukan pada usia kita.
Tak harus lemah
Siapa bilang bahwa tua harus lemah? Realita menunjukkan bahwa tua tidaklah identik dengan lemah tak berdaya. Namun, acapkali kita mendengar bagaimana orang yang sudah tua, menggunakan ketuaannya sebagai alasan untuk ketidakproduktifann ya, untuk kealpaannya serta kekhilafannya.
Usia dalam kenyataannya bukanlah suatu pengambat untuk meraih yang lebih tinggi. Usia pun bukan kendala dalam hal karier dan kerja. Malahan, rambut putih adalah simbol kebijaksanaan dan pengalaman yang sangat berharga.
Orang Jepang sangat menghargai senioritas. Jabatan tertentu di perusahaan Jepang kadang disediakan hanya bagi mereka yang diprediksi telah berambut putih, lambang kematangan. Mereka percaya bahwa pengalaman akan membuat orang menjadi dewasa. Ada tunjangan khusus bagi yang lama bekerja. Loyalitas dan usia, dihargai oleh mereka.
Celakanya, tidak semua orang tua menjadi matang. Banyak orang yang tua secara usia, namun secara mental, masih terbelakang. Orang ini tua secara badaniah namun sayang, kearifan serta kematangan tidak menyertainya. Tak heran jika ada pepatah, banyak orang menjadi tua tanpa pernah menjadi dewasa. Masalahnya, ketuaan tidaklah selalu samadengan kematangan. Nah, bagaimana membangun jiwa yang terus-menerus muda?
Always have fun
Laughter is the best medicine. Mungkin humor dan gembira, tidaklah lantas membuat penyakit dan permasalahan kita lenyap total. Tetapi dengan melihat hidup dari sisi yang ceria, hidup terasa menjadi lebih nikmat.
Lagipula, masalah hidup tidak pernah akan selesai. Ibarat gelombang, setelah surut, akan muncul pasang yang lain. Tetapi hati yang gembira adalah ibarat selancar yang membuat kita dapat menjalani segala pasang surut lautan kehidupan dengan rasa damai.
Itulah sebabnya mereka yang berusia panjang, cenderung memiliki rasa humor yang baik dalam hidupnya.
Hidup kini dan di sini
Kehidupan bukanlah melulu soal usia. Bruce Lee membuktikan bahwa meskipun hidupnya pendek, namun dia dikenang dengan kontribusinya yang luar biasa bagi martial arts, seni bela diri.
Itu sebabnya asalah satu rahasia awat muda yang lain adalah menikmati hidup kini dan di sini. Kuncinya terletak pada kerelaan kita melepaskan masa lampau serta tidak terlalu banyak khawatir akan masa depan. Seperti kata Bruce Lee, “Yang penting bukanlah seberapa panjang Anda hidup. Tetapi bagaimana Anda hidup itulah yang penting”. Nikmatilah tarikan napas Anda sekarang, itulah realita terpenting saat ini.
Fisik dan mental
Jangan membiarkan pikiran ataupun fisik menjadi terlalu lama beristirahat dan diam. Janganlah fisik kita, pikiran yang terlalu
lama didiamkan pun akhirnya akan melemah.
Konon, sumber penurunan daya otak yang terpenting adalah karena membiarkan otak kita tidak bekerja sama sekali, atropi. Fisik kita pun mestinya senantiasa bergerak pula. Para dokter dan paramedis tahu, jika fisik dibiarkan terlalu lama di suatu tempat tanpa bergerak maka akan mulai muncul borok di badan.
Kenyataan pula, mereka yang berusia panjang ternyata masih memiliki kesibukan dan masih menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan di usianya yang telah menjelang Maghrib.
Jadi, benarlah kata iklan yang berbau motivasi, “Menjadi tua itu pasti. Tetapi, menjadi muda itu soal pilihan”.
Sumber: Karya Jangan Dihambat Usia oleh Anthony Dio Martin, Psikolog, penulis buku best seller EQ Motivator, dan Managing Director HR Excellency
* George Burns memperoleh piala Oscar ketika usianya sudah mencapai 80 tahun,
* Golda Meir menjadi Perdana Menteri Israel pada usia 71 tahun,
* Mozart baru berusia 7 tahun ketika komposisinya diterbitkan untuk pertama kali.
* Moses mulai melukis ketika dia berusia 80 tahun. Dia telah menyelesaikan lebih dari 1.500 buah lukisan selama hidupnya, dan 25% dari lukisannya diselesaikan ketika dia berusia 100 tahun,
* Benyamin Franklin menerbitkan surat kabar ketika dia berusia 16 tahun, dan dia membantu menyusun kerangka UUD Amerika Serikat ketika dia berusia 81 tahun.
* Michaelangelo berusia 71 tahun ketika dia mengukir Basilika St.Petrus,
* S.I. Hayakawa pensiun dari jabatannya sebagai rektor Universitas San Fransisco ketika berusia 70 tahun, dan kemudian terpilih sebagai angggota Senat,
* Casey Stengel tidak ingin pensiun dari jabatannya sebagai manajer N-Y Mats hingga dia mencapai usia 75 tahun.
Demikianlah soal usia, semuanya adalah soal persepsi. Sayangnya, dalam hidup ini, soal usia seringkali kita jadikan alasan. Memang saat ini banyak organisasi dan perusahaan yang membatasi usia tertentu yang dianggap masih produktif. Ini adalah bagian dari aturan dalam perusahaan. Namun, semuanya kembali kepada diri kita sendiri.
Di usia berapa pun, kita tetap punya kesempatan mencoba, tidak perlu menyerah dan kita akan tetap punya peluang untuk sukses. Kesuksesan, pada akhirnya ada pada keinginan dan usaha Anda, bukan pada usia kita.
Tak harus lemah
Siapa bilang bahwa tua harus lemah? Realita menunjukkan bahwa tua tidaklah identik dengan lemah tak berdaya. Namun, acapkali kita mendengar bagaimana orang yang sudah tua, menggunakan ketuaannya sebagai alasan untuk ketidakproduktifann ya, untuk kealpaannya serta kekhilafannya.
Usia dalam kenyataannya bukanlah suatu pengambat untuk meraih yang lebih tinggi. Usia pun bukan kendala dalam hal karier dan kerja. Malahan, rambut putih adalah simbol kebijaksanaan dan pengalaman yang sangat berharga.
Orang Jepang sangat menghargai senioritas. Jabatan tertentu di perusahaan Jepang kadang disediakan hanya bagi mereka yang diprediksi telah berambut putih, lambang kematangan. Mereka percaya bahwa pengalaman akan membuat orang menjadi dewasa. Ada tunjangan khusus bagi yang lama bekerja. Loyalitas dan usia, dihargai oleh mereka.
Celakanya, tidak semua orang tua menjadi matang. Banyak orang yang tua secara usia, namun secara mental, masih terbelakang. Orang ini tua secara badaniah namun sayang, kearifan serta kematangan tidak menyertainya. Tak heran jika ada pepatah, banyak orang menjadi tua tanpa pernah menjadi dewasa. Masalahnya, ketuaan tidaklah selalu samadengan kematangan. Nah, bagaimana membangun jiwa yang terus-menerus muda?
Always have fun
Laughter is the best medicine. Mungkin humor dan gembira, tidaklah lantas membuat penyakit dan permasalahan kita lenyap total. Tetapi dengan melihat hidup dari sisi yang ceria, hidup terasa menjadi lebih nikmat.
Lagipula, masalah hidup tidak pernah akan selesai. Ibarat gelombang, setelah surut, akan muncul pasang yang lain. Tetapi hati yang gembira adalah ibarat selancar yang membuat kita dapat menjalani segala pasang surut lautan kehidupan dengan rasa damai.
Itulah sebabnya mereka yang berusia panjang, cenderung memiliki rasa humor yang baik dalam hidupnya.
Hidup kini dan di sini
Kehidupan bukanlah melulu soal usia. Bruce Lee membuktikan bahwa meskipun hidupnya pendek, namun dia dikenang dengan kontribusinya yang luar biasa bagi martial arts, seni bela diri.
Itu sebabnya asalah satu rahasia awat muda yang lain adalah menikmati hidup kini dan di sini. Kuncinya terletak pada kerelaan kita melepaskan masa lampau serta tidak terlalu banyak khawatir akan masa depan. Seperti kata Bruce Lee, “Yang penting bukanlah seberapa panjang Anda hidup. Tetapi bagaimana Anda hidup itulah yang penting”. Nikmatilah tarikan napas Anda sekarang, itulah realita terpenting saat ini.
Fisik dan mental
Jangan membiarkan pikiran ataupun fisik menjadi terlalu lama beristirahat dan diam. Janganlah fisik kita, pikiran yang terlalu
lama didiamkan pun akhirnya akan melemah.
Konon, sumber penurunan daya otak yang terpenting adalah karena membiarkan otak kita tidak bekerja sama sekali, atropi. Fisik kita pun mestinya senantiasa bergerak pula. Para dokter dan paramedis tahu, jika fisik dibiarkan terlalu lama di suatu tempat tanpa bergerak maka akan mulai muncul borok di badan.
Kenyataan pula, mereka yang berusia panjang ternyata masih memiliki kesibukan dan masih menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan di usianya yang telah menjelang Maghrib.
Jadi, benarlah kata iklan yang berbau motivasi, “Menjadi tua itu pasti. Tetapi, menjadi muda itu soal pilihan”.
Sumber: Karya Jangan Dihambat Usia oleh Anthony Dio Martin, Psikolog, penulis buku best seller EQ Motivator, dan Managing Director HR Excellency
"My word is My bond"
The Motto of The London Stock Exchange
My Word is My Bond.. Ucapan saya adalah jaminan saya. Atau dengan kata lain, seia sekata antara ucapan dan tindakan.
Suatu aturan tidak tertulis dan telah menjadi pedoman baku dalam transaksi perdagangan di pasar uang dan pasar modal manapun di dunia. Setiap janji yang diucapkan dalam transaksi jual ataupun beli, baik untuk surat utang atapun surat berharga lainnya di lantai bursa, akan menjadi kewajiban
yang bersangkutan untuk dipenuhi. Kalimat ini diperkenalkan para pedagang Inggris sekitar abad 19-an. Begitu populer dan sangat bertuahnya kalimat itu, di awal berdirinya pada tahun 1801, London Stock Exchange menggunakan kalimat itu sebagai motto. Aturan mainnya memang begitu. Anda bisa bayangkan bila saja setiap transaksi harus dibuat perjanjian tertulis dan mendapatkan konfirmasi terlebih dahulu, perdagangan bursa menjadi tidak efektif dan berjalan lamban.
Dalam soal janji, bukan hanya para pedagang saja yang biasa melakukan umbar janji. Anda pasti pernah membuat janji dengan seseorang. Kepada atasan, bawahan, atau dengan orang tua maupun anak Anda. Atau bisa juga dengan kolega atau teman sejawat, atau bahkan dengan pasangan Anda. Tapi cobalah ingat-ingat lagi, berapa banyak janji itu terpenuhi.
Janji sepertinya sepele. Hanya sebuah kata yang terdiri dari lima huruf. Tapi mau tidak mau, janji bisa menentukan siapa diri Anda sebenarnya. Salah satu upaya untuk menjadi orang yang disegani dan dihormati ialah bahwa ucapannya harus dapat dipegang. Bukan dari gayanya berbicara. Bukan juga dari caranya berpakaian.
Nah, janji memang mudah diucapkan, tetapi sering kali sulit untuk ditepati. Oleh karena itu, jangan terlalu gampang mengumbar janji. Anda boleh saja berjanji bila sekiranya Anda merasa bahwa Anda dapat menepati janji.
Memberikan janji adalah cara yang paling cepat dan mudah. Ada janji yang dilakukan dengan tujuan baik. Ada juga sebaliknya, janji dilakukan untuk tujuan tidak baik, misalnya menyenangkan atasan atau asal bapak senang.
Sebuah perusahaan multi nasional di Jakarta pada awal tahun 2005 menjanjikan kepada karyawannya kenaikan gaji ditambah bonus bila perusahaan meraih laba di akhir tahun. Tak dinyana, Pemerintah menaikkan harga BBM sebesar 125% lebih. Di akhir tahun tutup buku, perusahaan memang meraih laba walau meleset dari target yang telah diperkirakan.
Dengan alasan kenaikan harga BMM ditambah inflasi naik hingga 10%, pimpinan perusahaan dengan sangat menyesal membatalkan janji yang pernah diucapkannya di awal tahun. Hal ini tentu saja mengecewakan para karyawannya. Beberapa karyawan mengaku mereka telah bekerja keras untuk mencapai target yang telah ditetapkan perusahaan dengan diiming-imingi kenaikan gaji dan bonus.
Kekecewaan berat tentu saja melanda karyawan dan merambat ke rumah. Kabar bonus sempat disemburkan sang istri pada anak-anaknya, yang menjanjikan akan berlibur di akhir tahun. Namun, apa daya semua meleset. Sang ibu harus silat lidah, untuk menenteramkan hati anak-anak. Syukur bila mereka bisa mengerti. Bila tidak, terpaksa, tak ada jalan lain, membobok tabungan. Itu kalau ada, kalau tidak mengutang adalah cara mendiamkan mereka menagih janji.
Perusahaan dituding telah ingkar janji. Beberapa karyawan ada yang memilih hengkang dari perusahaan tersebut. Suatu hal yang tentu saja merugikan pihak perusahaan karena mereka kehilangan orang-orang terbaiknya. Ada pula yang mengajukannya ke meja pengadilan, walau sampai sekarang belum diketahui benar hasil keputusan pengadilannya.
Saat ini, membuat janji akan lebih berat lagi. Kemajuan teknologi, bisa jadi bumerang. Janji yang dikirim melalui pesan pendek atau email, tidak hanya akan membekas di hati orang lain tapi juga berbuntut di jalur hukum. Karena saat ini, janji harusditepati adalah prinsip perjanjian dalam hukum perdata Anda bisa
dituntut karenanya bila Anda tidak menepati janji, misalnya saja Anda telah mengirimkan sms yang isinya berupa janji untuk mengembalikan utang, tetapi kemudian Anda tidak menepatinya dengan alasan apapun. Bukti sahih sms yang telah Anda kirimkan kepada seseorang dapat menjerat Anda ke dalam persoalan hukum.
Oleh karena itu, bila Anda hendak berjanji, pikirkanlah dengan seksama. Tidak ada yang salah dengan pemberian janji, asalkan dengan itikad yang baik Anda akan menepatinya.
Segera setelah Anda berjanji, penuhilah!
Sumber: My Word is My Bond oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta
My Word is My Bond.. Ucapan saya adalah jaminan saya. Atau dengan kata lain, seia sekata antara ucapan dan tindakan.
Suatu aturan tidak tertulis dan telah menjadi pedoman baku dalam transaksi perdagangan di pasar uang dan pasar modal manapun di dunia. Setiap janji yang diucapkan dalam transaksi jual ataupun beli, baik untuk surat utang atapun surat berharga lainnya di lantai bursa, akan menjadi kewajiban
yang bersangkutan untuk dipenuhi. Kalimat ini diperkenalkan para pedagang Inggris sekitar abad 19-an. Begitu populer dan sangat bertuahnya kalimat itu, di awal berdirinya pada tahun 1801, London Stock Exchange menggunakan kalimat itu sebagai motto. Aturan mainnya memang begitu. Anda bisa bayangkan bila saja setiap transaksi harus dibuat perjanjian tertulis dan mendapatkan konfirmasi terlebih dahulu, perdagangan bursa menjadi tidak efektif dan berjalan lamban.
Dalam soal janji, bukan hanya para pedagang saja yang biasa melakukan umbar janji. Anda pasti pernah membuat janji dengan seseorang. Kepada atasan, bawahan, atau dengan orang tua maupun anak Anda. Atau bisa juga dengan kolega atau teman sejawat, atau bahkan dengan pasangan Anda. Tapi cobalah ingat-ingat lagi, berapa banyak janji itu terpenuhi.
Janji sepertinya sepele. Hanya sebuah kata yang terdiri dari lima huruf. Tapi mau tidak mau, janji bisa menentukan siapa diri Anda sebenarnya. Salah satu upaya untuk menjadi orang yang disegani dan dihormati ialah bahwa ucapannya harus dapat dipegang. Bukan dari gayanya berbicara. Bukan juga dari caranya berpakaian.
Nah, janji memang mudah diucapkan, tetapi sering kali sulit untuk ditepati. Oleh karena itu, jangan terlalu gampang mengumbar janji. Anda boleh saja berjanji bila sekiranya Anda merasa bahwa Anda dapat menepati janji.
Memberikan janji adalah cara yang paling cepat dan mudah. Ada janji yang dilakukan dengan tujuan baik. Ada juga sebaliknya, janji dilakukan untuk tujuan tidak baik, misalnya menyenangkan atasan atau asal bapak senang.
Sebuah perusahaan multi nasional di Jakarta pada awal tahun 2005 menjanjikan kepada karyawannya kenaikan gaji ditambah bonus bila perusahaan meraih laba di akhir tahun. Tak dinyana, Pemerintah menaikkan harga BBM sebesar 125% lebih. Di akhir tahun tutup buku, perusahaan memang meraih laba walau meleset dari target yang telah diperkirakan.
Dengan alasan kenaikan harga BMM ditambah inflasi naik hingga 10%, pimpinan perusahaan dengan sangat menyesal membatalkan janji yang pernah diucapkannya di awal tahun. Hal ini tentu saja mengecewakan para karyawannya. Beberapa karyawan mengaku mereka telah bekerja keras untuk mencapai target yang telah ditetapkan perusahaan dengan diiming-imingi kenaikan gaji dan bonus.
Kekecewaan berat tentu saja melanda karyawan dan merambat ke rumah. Kabar bonus sempat disemburkan sang istri pada anak-anaknya, yang menjanjikan akan berlibur di akhir tahun. Namun, apa daya semua meleset. Sang ibu harus silat lidah, untuk menenteramkan hati anak-anak. Syukur bila mereka bisa mengerti. Bila tidak, terpaksa, tak ada jalan lain, membobok tabungan. Itu kalau ada, kalau tidak mengutang adalah cara mendiamkan mereka menagih janji.
Perusahaan dituding telah ingkar janji. Beberapa karyawan ada yang memilih hengkang dari perusahaan tersebut. Suatu hal yang tentu saja merugikan pihak perusahaan karena mereka kehilangan orang-orang terbaiknya. Ada pula yang mengajukannya ke meja pengadilan, walau sampai sekarang belum diketahui benar hasil keputusan pengadilannya.
Saat ini, membuat janji akan lebih berat lagi. Kemajuan teknologi, bisa jadi bumerang. Janji yang dikirim melalui pesan pendek atau email, tidak hanya akan membekas di hati orang lain tapi juga berbuntut di jalur hukum. Karena saat ini, janji harusditepati adalah prinsip perjanjian dalam hukum perdata Anda bisa
dituntut karenanya bila Anda tidak menepati janji, misalnya saja Anda telah mengirimkan sms yang isinya berupa janji untuk mengembalikan utang, tetapi kemudian Anda tidak menepatinya dengan alasan apapun. Bukti sahih sms yang telah Anda kirimkan kepada seseorang dapat menjerat Anda ke dalam persoalan hukum.
Oleh karena itu, bila Anda hendak berjanji, pikirkanlah dengan seksama. Tidak ada yang salah dengan pemberian janji, asalkan dengan itikad yang baik Anda akan menepatinya.
Segera setelah Anda berjanji, penuhilah!
Sumber: My Word is My Bond oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta
Menciptakan Masa Depan
Menciptakan Masa Depan...Yup!
Sebagian besar orang malas berpikir tentang masa depan, karena mereka
merasa hari esok merupakan misteri, sesuatu yang sulit diduga. Memang
benar tidak seorangpun mampu mengetahui dengan pasti tentang masa depan.
Namun demikian jika Anda membiasakan diri berpikir tentang masa depan,
Anda akan memiliki input-input berharga tentang masa depan. Mereka yang
terbiasa berpikir dan membuat perencanaan dengan memperhitungkan
berbagai kemungkinan perubahan di masa depan sering kali lebih siap dan
mampu menghadapi hal-hal tak terduga di masa depan. Bahkan mereka akan
menjadi lebih unggul dan leading karena pemikiran maupun ide-ide mereka
yang selalu advanced.
Coca-Cola yang pernah sukses "memerahkan" Olimpiade Atlanta tahun 1996,
dan mencapai keberhasilan penjualan yang signifikan melalui momentum
Olimpiade tersebut, membuat terlena sebagian eksekutifnya karena mereka
pada waktu itu merasa telah berada "di atas angin" dibanding
pesaing-pesaingnya. Setelah berhasil mengumandangkan gaung yang bergema
ke seluruh dunia melalui keputusan strategis menjadi sponsor utama
olimpiade yang menjadi perhatian internasional tersebut, beberapa
eksekutif Coca-Cola yang puas dengan omset penjualan dari para pengecer,
agen dan beberapa outlet penjualan khusus, mereka tidak melakukan banyak
hal. Sedangkan beberapa eksekutif yang lain telah mulai memikirkan
perencanaan selanjutnya setelah pesta Olimpiade itu usai. Hasilnya
mereka yang berinisiatif memikirkan langkah-langkah tindakan berikutnya
mampu mempertahankan angka penjualan yang memuaskan, sedangkan mereka
yang puas dengan pencapaian saat itu dan menjalankan apa yang ada tanpa
memikirkan strategi selanjutnya, mereka mengalami kemerosotan angka
penjualan.
Dari peristiwa tersebut Sergio Zyman, Chief Marketing Officer Coca-Cola
Company waktu itu mendapatkan pelajaran berharga bahwa keberhasilan yang
terjadi di masa depan merupakan akibat dari apa yang telah kita pikirkan
dan rencanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Keberhasilan hari ini
ditentukan oleh seberapa baik Anda mempersiapkannya di hari-hari
kemarin, bulan lalu, atau tahun lalu.
Untuk mengantisipasi masa depan, beberapa orang memilih sikap wait and
see sambil mengumpulkan informasi yang lebih banyak. Hal ini umumnya
mereka lakukan dengan pertimbangan demi mengurangi resiko akibat
melakukan beberapa kesalahan fatal. Tapi sayangnya mereka tidak
menyadari bahwa keputusan yang lambatt tersebut juga akan mengurangi
peluang sukses mereka karena mereka akan menjadi pengikut yang selalu
mengejar ketertinggalan dan tidak pernah menjadi pemimpin atau pelopor
inovasi baru.
Kebiasaan berpikir tentang masa depan akan membuat Anda semakin terampil
menemukan cara-cara baru dalam meningkatkan kinerja Anda. Dengan
senantiasa berpikir ke depan dan terus melakukan pembaruan diri, Anda
akan selalu berada jauh di depan para pesaing Anda. Konsumen akan
membeli produk atau jasa Anda sesuai dengan alasan-alasan yang Anda
berikan kepada mereka. Kebiasaan berpikir tentang masa depan akan
membuat Anda mampu menemukan alasan-alasan baru bagi konsumen untuk
membeli produk atau jasa Anda, bahkan Anda akan menciptakan konsumen
atau pasar yang baru bagi produk-produk atau jasa Anda.
Sergio Zyman memberikan contoh yang gamblang mengenai hal ini. Misalkan,
bulan lalu Anda melihat orang membeli Coca-Cola ketika mereka merasa
haus atau setelah mereka makan hamburger. Katakanlah dengan alasan itu
mereka akan membeli Coca-Cola sebanyak 8 botol seminggu. Ketika bulan
ini Anda mengatakan kepada mereka bahwa minum Coca-Cola akan
"mencairkan" pergaulan, bisa jadi Anda mampu meningkatkan konsumsi
mereka menjadi 10 botol seminggu. Bulan depan jika Anda menghendaki
mereka mengkonsumsi lebih dari 10 botol seminggu, Anda perlu memberikan
lebih banyak alasan kepada mereka untuk mengkonsumsi Coca-Cola. Menurut
Zyman, terus berpikir untuk memperbarui diri dan melakukan
tindakan-tindakan antisipatif terhadap masa depan merupakan the essence
of growth.
Sebelum Anda merencanakan berbagai tindakan antisipatif terhadap masa
depan, yang perlu Anda lakukan lebih dahulu adalah menetapkan tujuan
yang jelas (S.M.A.R.T method) tentang sasaran yang ingin Anda capai.
Sergio Zyman memperingatkan bahwa ketika Anda mengadakan creative
session dan mengajak setiap orang yang hadir memberikan gagasan-gagasan
mereka tanpa lebih dahulu memberi sasaran yang jelas, maka bisa
dipastikan bahwa sembilan puluh persen dari mereka yang hadir akan
melontarkan gagasan-gagasan "sampah", yang sama sekali tidak berguna.
Tetapi ketika Anda telah menetapkan sasaran yang jelas maka setiap
gagasan yang muncul akan lebih terarah kepada target yang ingin Anda
capai.
Sangat mungkin Anda akan menghadapi kenyataan munculnya ide-ide yang
tidak Anda sukai, atau mungkin pula orang yang mengusulkannya juga
kurang menyukainya. Hal ini tidak jadi masalah. Sejauh ide tersebut
membantu mewujudkan sasaran yang ingin dicapai, itu berarti ide bagus.
Sebaliknya sebagus apapun sebuah ide, jika tidak mendukung terwujudnya
sasaran yang telah ditetapkan, sebaiknya diabaikan saja.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan ketika menetapkan suatu rencana
untuk masa depan, yaitu setiap kali Anda telah memulai tindakan-tindakan
nyata untuk mencapai suatu sasaran tertentu saat ini, Anda harus mulai
berpikir lagi tentang rencana dan sasaran Anda selanjutnya. Jika Anda
disiplin dan terbiasa melakukan langkah-langkah antisipatif yang
strategis, Anda akan selalu mampu mencapai hasil-hasil yang Anda
inginkan, sekalipun Anda menghadapi berbagai situasi yang serba tidak
pasti.
Ref: Sergio Zyman : The End Of Marketing As We Know It, Harper Business
1999.
Sebagian besar orang malas berpikir tentang masa depan, karena mereka
merasa hari esok merupakan misteri, sesuatu yang sulit diduga. Memang
benar tidak seorangpun mampu mengetahui dengan pasti tentang masa depan.
Namun demikian jika Anda membiasakan diri berpikir tentang masa depan,
Anda akan memiliki input-input berharga tentang masa depan. Mereka yang
terbiasa berpikir dan membuat perencanaan dengan memperhitungkan
berbagai kemungkinan perubahan di masa depan sering kali lebih siap dan
mampu menghadapi hal-hal tak terduga di masa depan. Bahkan mereka akan
menjadi lebih unggul dan leading karena pemikiran maupun ide-ide mereka
yang selalu advanced.
Coca-Cola yang pernah sukses "memerahkan" Olimpiade Atlanta tahun 1996,
dan mencapai keberhasilan penjualan yang signifikan melalui momentum
Olimpiade tersebut, membuat terlena sebagian eksekutifnya karena mereka
pada waktu itu merasa telah berada "di atas angin" dibanding
pesaing-pesaingnya. Setelah berhasil mengumandangkan gaung yang bergema
ke seluruh dunia melalui keputusan strategis menjadi sponsor utama
olimpiade yang menjadi perhatian internasional tersebut, beberapa
eksekutif Coca-Cola yang puas dengan omset penjualan dari para pengecer,
agen dan beberapa outlet penjualan khusus, mereka tidak melakukan banyak
hal. Sedangkan beberapa eksekutif yang lain telah mulai memikirkan
perencanaan selanjutnya setelah pesta Olimpiade itu usai. Hasilnya
mereka yang berinisiatif memikirkan langkah-langkah tindakan berikutnya
mampu mempertahankan angka penjualan yang memuaskan, sedangkan mereka
yang puas dengan pencapaian saat itu dan menjalankan apa yang ada tanpa
memikirkan strategi selanjutnya, mereka mengalami kemerosotan angka
penjualan.
Dari peristiwa tersebut Sergio Zyman, Chief Marketing Officer Coca-Cola
Company waktu itu mendapatkan pelajaran berharga bahwa keberhasilan yang
terjadi di masa depan merupakan akibat dari apa yang telah kita pikirkan
dan rencanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Keberhasilan hari ini
ditentukan oleh seberapa baik Anda mempersiapkannya di hari-hari
kemarin, bulan lalu, atau tahun lalu.
Untuk mengantisipasi masa depan, beberapa orang memilih sikap wait and
see sambil mengumpulkan informasi yang lebih banyak. Hal ini umumnya
mereka lakukan dengan pertimbangan demi mengurangi resiko akibat
melakukan beberapa kesalahan fatal. Tapi sayangnya mereka tidak
menyadari bahwa keputusan yang lambatt tersebut juga akan mengurangi
peluang sukses mereka karena mereka akan menjadi pengikut yang selalu
mengejar ketertinggalan dan tidak pernah menjadi pemimpin atau pelopor
inovasi baru.
Kebiasaan berpikir tentang masa depan akan membuat Anda semakin terampil
menemukan cara-cara baru dalam meningkatkan kinerja Anda. Dengan
senantiasa berpikir ke depan dan terus melakukan pembaruan diri, Anda
akan selalu berada jauh di depan para pesaing Anda. Konsumen akan
membeli produk atau jasa Anda sesuai dengan alasan-alasan yang Anda
berikan kepada mereka. Kebiasaan berpikir tentang masa depan akan
membuat Anda mampu menemukan alasan-alasan baru bagi konsumen untuk
membeli produk atau jasa Anda, bahkan Anda akan menciptakan konsumen
atau pasar yang baru bagi produk-produk atau jasa Anda.
Sergio Zyman memberikan contoh yang gamblang mengenai hal ini. Misalkan,
bulan lalu Anda melihat orang membeli Coca-Cola ketika mereka merasa
haus atau setelah mereka makan hamburger. Katakanlah dengan alasan itu
mereka akan membeli Coca-Cola sebanyak 8 botol seminggu. Ketika bulan
ini Anda mengatakan kepada mereka bahwa minum Coca-Cola akan
"mencairkan" pergaulan, bisa jadi Anda mampu meningkatkan konsumsi
mereka menjadi 10 botol seminggu. Bulan depan jika Anda menghendaki
mereka mengkonsumsi lebih dari 10 botol seminggu, Anda perlu memberikan
lebih banyak alasan kepada mereka untuk mengkonsumsi Coca-Cola. Menurut
Zyman, terus berpikir untuk memperbarui diri dan melakukan
tindakan-tindakan antisipatif terhadap masa depan merupakan the essence
of growth.
Sebelum Anda merencanakan berbagai tindakan antisipatif terhadap masa
depan, yang perlu Anda lakukan lebih dahulu adalah menetapkan tujuan
yang jelas (S.M.A.R.T method) tentang sasaran yang ingin Anda capai.
Sergio Zyman memperingatkan bahwa ketika Anda mengadakan creative
session dan mengajak setiap orang yang hadir memberikan gagasan-gagasan
mereka tanpa lebih dahulu memberi sasaran yang jelas, maka bisa
dipastikan bahwa sembilan puluh persen dari mereka yang hadir akan
melontarkan gagasan-gagasan "sampah", yang sama sekali tidak berguna.
Tetapi ketika Anda telah menetapkan sasaran yang jelas maka setiap
gagasan yang muncul akan lebih terarah kepada target yang ingin Anda
capai.
Sangat mungkin Anda akan menghadapi kenyataan munculnya ide-ide yang
tidak Anda sukai, atau mungkin pula orang yang mengusulkannya juga
kurang menyukainya. Hal ini tidak jadi masalah. Sejauh ide tersebut
membantu mewujudkan sasaran yang ingin dicapai, itu berarti ide bagus.
Sebaliknya sebagus apapun sebuah ide, jika tidak mendukung terwujudnya
sasaran yang telah ditetapkan, sebaiknya diabaikan saja.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan ketika menetapkan suatu rencana
untuk masa depan, yaitu setiap kali Anda telah memulai tindakan-tindakan
nyata untuk mencapai suatu sasaran tertentu saat ini, Anda harus mulai
berpikir lagi tentang rencana dan sasaran Anda selanjutnya. Jika Anda
disiplin dan terbiasa melakukan langkah-langkah antisipatif yang
strategis, Anda akan selalu mampu mencapai hasil-hasil yang Anda
inginkan, sekalipun Anda menghadapi berbagai situasi yang serba tidak
pasti.
Ref: Sergio Zyman : The End Of Marketing As We Know It, Harper Business
1999.
Dan Fakta Menyatakan Bahwa...
Jika anda mengenal seorang wanita yang sedang hamil, yang telah mempunyai 8 anak, tiga diantaranya tuli, dua buta, satu mengalami gangguan mental dan wanita itu sendiri mengidap sipilis, apakah anda akan menyarankan untuk menggugurkan kandungannya?
Jika anda menjawab ya, maka anda baru saja membunuh satu komponis masyhur dunia. Karena anak yang dikandung oleh sang ibu tersebut adalah Ludwig Van Beethoven.
dan.....
Sekarang adalah waktunya untuk memilih seorang pemimpin dunia dan keputusan anda berpengaruh besar terhadap siapa yang akan menjadi pemenang. Berikut adalah fakta mengenai ketiga calon tersebut:
Calon A: dihubung-hubungkan dengan politisi jahat dan sering berkonsultasi dengan astrologis, punya dua istri muda, dia juga seorang perokok berat dan minum 8-10 botol martini setiap harinya.
Calon B: dipecat dua kali dari kantor, selalu bangun sore hari, pernah menggunakan narkoba waktu kuliah dan minum wiski tiap sore.
Calon C: dianggap pahlawan perang, vegetarian, tidak merokok, hanya sesekali minum bir, tidak pernah berselingkuh di luar perkawinannya.
Siapa di antara ketiga calon ini yang akan anda pilih? Anda mungkin tidak akan menduga siapa sebenarnya calon-calon ini.
............
............
............
............
............
............
............
............
Calon A adalah Franklin D. Roosevelt
Calon B adalah Winston Churchill
Calon C adalah Adolf Hitler
Sekali lagi sejarah mengajarkan untuk tidak menilai orang dari penampilan.
Refleksi :
Kita tidak selalu tahu apa yang sedang dan masih mungkin terjadi di dalam hati seseorang. Di sanalah (di dalam hati), perjalanan yang sesungguhnya sedang terjadi. Selama kita belum bisa melihat ke dalam hati seseorang dan belum bisa mengikuti proses-proses yang masih berlangsung di dalamnya (dan memang tidak akan pernah bisa), maka sebenarnya selama itulah kita tidak mempunyai hak apapun untuk menghakimi sesama kita.
Jika anda menjawab ya, maka anda baru saja membunuh satu komponis masyhur dunia. Karena anak yang dikandung oleh sang ibu tersebut adalah Ludwig Van Beethoven.
dan.....
Sekarang adalah waktunya untuk memilih seorang pemimpin dunia dan keputusan anda berpengaruh besar terhadap siapa yang akan menjadi pemenang. Berikut adalah fakta mengenai ketiga calon tersebut:
Calon A: dihubung-hubungkan dengan politisi jahat dan sering berkonsultasi dengan astrologis, punya dua istri muda, dia juga seorang perokok berat dan minum 8-10 botol martini setiap harinya.
Calon B: dipecat dua kali dari kantor, selalu bangun sore hari, pernah menggunakan narkoba waktu kuliah dan minum wiski tiap sore.
Calon C: dianggap pahlawan perang, vegetarian, tidak merokok, hanya sesekali minum bir, tidak pernah berselingkuh di luar perkawinannya.
Siapa di antara ketiga calon ini yang akan anda pilih? Anda mungkin tidak akan menduga siapa sebenarnya calon-calon ini.
............
............
............
............
............
............
............
............
Calon A adalah Franklin D. Roosevelt
Calon B adalah Winston Churchill
Calon C adalah Adolf Hitler
Sekali lagi sejarah mengajarkan untuk tidak menilai orang dari penampilan.
Refleksi :
Kita tidak selalu tahu apa yang sedang dan masih mungkin terjadi di dalam hati seseorang. Di sanalah (di dalam hati), perjalanan yang sesungguhnya sedang terjadi. Selama kita belum bisa melihat ke dalam hati seseorang dan belum bisa mengikuti proses-proses yang masih berlangsung di dalamnya (dan memang tidak akan pernah bisa), maka sebenarnya selama itulah kita tidak mempunyai hak apapun untuk menghakimi sesama kita.
Izinkan Aku Mencintaimu Sekali Lagi
Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti apa mauku.
Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.
Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang.
Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.
Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.
Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.
Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2 waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.
Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.
Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.
Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya,
" Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini ? tidak mau makan juga? uhh... dasar anak nakal, sini piringnya, " lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan....aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !
Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang kerumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.
Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.
Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.
Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta , aku tidak pernah menyangka, hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.
Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papa nya, dan memanggilku, " Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha ?"
Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,
Dear Meisha,
Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku.
Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik2 terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.
Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.
Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my heart.
yours,
Mario
Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku.
Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai perempuan lain.
Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.
Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua. Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.
Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ? itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku.
Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.
**********
Setahun kemudian...
Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.
" Mario, suamiku....
Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku. .. Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku.....
Ternyata aku keliru.... aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario.
Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, " kenapa, Rima ? Kenapa kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku ?"
Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.
Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan.
Istrimu,
Rima"
Di surat yang lain,
".........Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha...... "
Disurat yang kesekian,
".......Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.
Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan , aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah.. .....
Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya.. ......"
Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya... dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.
Disurat terakhir, pagi ini...
"........... ...Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.
Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.
Tahukah engkau suamiku,
Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?........."
Jelita menatap Meisha, dan bercerita,
" Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya diseberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi...... aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante..... aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak.... .." Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.
Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.
Dear Meisha,
Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2 dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar.... Inikah tanda2 aku mulai mencintainya ?
Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku....
Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk disamping nisan Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario.
Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.
Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.
Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang.
Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.
Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.
Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.
Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2 waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.
Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.
Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.
Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya,
" Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini ? tidak mau makan juga? uhh... dasar anak nakal, sini piringnya, " lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan....aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !
Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang kerumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.
Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.
Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.
Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta , aku tidak pernah menyangka, hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.
Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papa nya, dan memanggilku, " Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha ?"
Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,
Dear Meisha,
Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku.
Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik2 terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.
Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.
Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you are the only one in my heart.
yours,
Mario
Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku.
Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai perempuan lain.
Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.
Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua. Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.
Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ? itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku.
Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.
**********
Setahun kemudian...
Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.
" Mario, suamiku....
Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku. .. Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku.....
Ternyata aku keliru.... aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario.
Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, " kenapa, Rima ? Kenapa kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku ?"
Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.
Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan.
Istrimu,
Rima"
Di surat yang lain,
".........Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha...... "
Disurat yang kesekian,
".......Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.
Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan , aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah.. .....
Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya.. ......"
Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya... dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.
Disurat terakhir, pagi ini...
"........... ...Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.
Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.
Tahukah engkau suamiku,
Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?........."
Jelita menatap Meisha, dan bercerita,
" Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya diseberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi...... aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante..... aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak.... .." Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.
Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.
Dear Meisha,
Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2 dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar.... Inikah tanda2 aku mulai mencintainya ?
Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku....
Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk disamping nisan Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario.
Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.
Menangisi Adikku 6 kali
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.
“Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!”
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya!”
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? … Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!”
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.”
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun sedangkan aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi.
Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik…hasil yang begitu baik…”
Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?”
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku.”
Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!”
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.”
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.”
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, ” Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana !”
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?”
Dia menjawab, tersenyum, “Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?”
Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu…”
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, “Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu.”
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20, Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.
“Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!”
Tetapi katanya, sambil tersenyum, “Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu..”
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya.
“Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya.
“Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan…”
Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23, Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, “Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini.”
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, “Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?”
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. “Pikirkan kakak ipar — ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?”
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: “Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!”
“Mengapa membicarakan masa lalu?” Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?”
Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, “Kakakku.”
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.
“Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya.”
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, “Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.”
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.
Diterjemahkan dari: “I cried for my brother six times.”
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.
“Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!”
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya!”
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? … Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!”
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.”
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun sedangkan aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi.
Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik…hasil yang begitu baik…”
Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?”
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku.”
Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!”
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.”
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.”
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, ” Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana !”
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?”
Dia menjawab, tersenyum, “Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?”
Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu…”
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, “Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu.”
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20, Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.
“Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!”
Tetapi katanya, sambil tersenyum, “Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu..”
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya.
“Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya.
“Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan…”
Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23, Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, “Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini.”
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, “Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?”
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. “Pikirkan kakak ipar — ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?”
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: “Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!”
“Mengapa membicarakan masa lalu?” Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?”
Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, “Kakakku.”
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.
“Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya.”
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, “Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.”
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.
Diterjemahkan dari: “I cried for my brother six times.”
More Inspiration
1.Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya,karena kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah.
Semoga kamu menemukan orang seperti itu.
2. Ada saat-saat dalam hidup ketika kamu sangat merindukan seseorang sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata. Semoga kamu memimpikan orang seperti itu.
3. Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan,karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.
4. Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuatmu baik hati, cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat, kesedihan yang cukup untuk membuatmu manusiawi, pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia dan uang yang cukup untuk membeli hadiah-hadiah.
5. Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi acapkali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.
6. Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan kemudian kamu meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya.
7. Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita milik sampai kita kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.
8. Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain. Apabila hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang itu pula.
9. Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat menyulut perselisihan. Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan. Kata-kata yang diucapkan pada tempatnya dapat meredakan ketegangan. Kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan dan memberkahi.
10. Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cinta menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia.
11. Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal
terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.
12. Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dengan beberapa orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas karunia itu.
13. Hanya diperlukan waktu semenit untuk menaksir seseorang, sejam untuk menyukai seseorang dan sehari untuk mencintai seseorang tetapi diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.
14. Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.
15. Cinta adalah jika kamu kehilangan rasa, gairah, romantika dan masih tetap peduli padanya.
16. Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu dan mendapati pada akhirnya bahwa tidak demikian adanya dan kamu harus melepaskannya.
17. Cinta dimulai dengan sebuah senyuman, bertumbuh dengan sebuah ciuman dan berakhir dengan tetesan air mata.
18. Cinta datang kepada mereka yang masih berharap sekalipun pernah
dikecewakan, kepada mereka yang masih percaya sekalipun pernah dikhianati,kepada mereka yang masih mencintai sekalipun pernah disakiti hatinya.
19. Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu,tetapi yang lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan tidak pernah memiliki keberanian untuk mengutarakan cintamu kepadanya.
20. Masa depan yang cerah selalu tergantung kepada masa lalu yang
dilupakan,kamu tidak dapat hidup terus dengan baik jika kamu tidak
melupakan kegagalan dan sakit hati di masa lalu.
21. Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau
mencoba,jangan pernah menyerah jika kamu masih merasa sanggup jangan pernah mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.
22. Memberikan seluruh cintamu kepada seseorang bukanlah jaminan dia akan membalas cintamu! Jangan mengharapkan balasan cinta, tunggulah sampai cinta berkembang di hatinya, tetapi jika tidak, berbahagialah karena cinta tumbuh dihatimu.
23. Ada hal-hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu dengar dari orang yang kamu harapkan untuk mengatakannya. Namun demikian janganlah menulikan telinga untuk mendengar dari orang yang mengatakannya dengan sepenuh hati.
24. Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang disekelilingmu
tersenyum - jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang-orang disekelilingmu menangis.
Semoga kamu menemukan orang seperti itu.
2. Ada saat-saat dalam hidup ketika kamu sangat merindukan seseorang sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata. Semoga kamu memimpikan orang seperti itu.
3. Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan,karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.
4. Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuatmu baik hati, cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat, kesedihan yang cukup untuk membuatmu manusiawi, pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia dan uang yang cukup untuk membeli hadiah-hadiah.
5. Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi acapkali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.
6. Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan kemudian kamu meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya.
7. Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita milik sampai kita kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.
8. Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain. Apabila hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang itu pula.
9. Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat menyulut perselisihan. Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan. Kata-kata yang diucapkan pada tempatnya dapat meredakan ketegangan. Kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan dan memberkahi.
10. Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cinta menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia.
11. Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal
terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.
12. Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dengan beberapa orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas karunia itu.
13. Hanya diperlukan waktu semenit untuk menaksir seseorang, sejam untuk menyukai seseorang dan sehari untuk mencintai seseorang tetapi diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.
14. Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.
15. Cinta adalah jika kamu kehilangan rasa, gairah, romantika dan masih tetap peduli padanya.
16. Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu dan mendapati pada akhirnya bahwa tidak demikian adanya dan kamu harus melepaskannya.
17. Cinta dimulai dengan sebuah senyuman, bertumbuh dengan sebuah ciuman dan berakhir dengan tetesan air mata.
18. Cinta datang kepada mereka yang masih berharap sekalipun pernah
dikecewakan, kepada mereka yang masih percaya sekalipun pernah dikhianati,kepada mereka yang masih mencintai sekalipun pernah disakiti hatinya.
19. Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu,tetapi yang lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan tidak pernah memiliki keberanian untuk mengutarakan cintamu kepadanya.
20. Masa depan yang cerah selalu tergantung kepada masa lalu yang
dilupakan,kamu tidak dapat hidup terus dengan baik jika kamu tidak
melupakan kegagalan dan sakit hati di masa lalu.
21. Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau
mencoba,jangan pernah menyerah jika kamu masih merasa sanggup jangan pernah mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.
22. Memberikan seluruh cintamu kepada seseorang bukanlah jaminan dia akan membalas cintamu! Jangan mengharapkan balasan cinta, tunggulah sampai cinta berkembang di hatinya, tetapi jika tidak, berbahagialah karena cinta tumbuh dihatimu.
23. Ada hal-hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu dengar dari orang yang kamu harapkan untuk mengatakannya. Namun demikian janganlah menulikan telinga untuk mendengar dari orang yang mengatakannya dengan sepenuh hati.
24. Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang disekelilingmu
tersenyum - jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang-orang disekelilingmu menangis.
Sudahlah, Maafkan Saja
Sudahlah, Maafkan Saja!
Bayangkan Anda sedang menghadiri pesta yang amat meriah. Semua orang tampil
dengan pakaian terbaik. Makanan yang dihidangkanpun tampak lezat dan
mengundang selera. Saat Anda antre untuk mengambil makanan, tiba-tiba
seseorang yang sangat Anda percaya berbisik di telinga Anda, ''Hati-hati,
banyak makanan tak halal disini, bahkan ada beberapa yang beracun!''
Saya berani menjamin Anda akan mengurungkan niat mengambil makanan. Boleh
jadi Anda pun langsung pulang ke rumah. Anda benar, hanya orang bodohlah
yang mau menyantap makanan tersebut. Kita tak mau makan sembarangan. Kita
sangat peduli pada kesehatan kita.
Anehnya, kita sering -- bahkan dengan sengaja -- memasukkan '
makanan-makanan beracun'' ke dalam pikiran kita. Kita tak sadar bahwa inilah
sumber penderitaan kita. Salah satu makanan yang paling berbahaya tersebut
bernama: ketidakmauan kita untuk memaafkan orang lain!
Ketidakmauan memaafkan adalah penyakit berbahaya yang menggerogoti
kebahagiaan kita. Kita sering menyimpan amarah. Kita marah karena dunia
berjalan tak sesuai dengan kemauan kita. Kita marah karena pasangan, anak,
orang tua, atasan, bawahan, dan rekan kerja, tak melakukan apa yang kita
inginkan. Lebih parah lagi, kita memendam kemarahan ini berhari-hari, bahkan
bertahun-tahun.
Memang banyak sekali kejadian yang memancing emosi kita. Pengendara motor
yang memaki kita, mobil yang menyalib dan hampir membuat kita celaka, orang
yang membobol ATM kita, politisi yang hanya memperjuangkan perutnya sendiri,
adik yang sering minta bantuan tapi tak pernah mengucapkan terima kasih,
pembantu yang membohongi kita, maupun bos yang pelitnya luar biasa. Kita
mungkin berpikir bahwa orang-orang tak tahu diri ini sudah sepantasnya kita
benci. Tapi kita lupa bahwa kebencian yang kita simpan hanyalah merugikan
kita sendiri.
Penelitian menunjukkan ketidakrelaan memaafkan orang lain memiliki dampak
hebat terhadap tubuh kita: menciptakan ketegangan, mempengaruhi sirkulasi
darah dan sistem kekebalan, meningkatkan tekanan jantung, otak dan setiap
organ dalam tubuh kita. Kemarahan yang terpendam mengakibatkan berbagai
penyakit seperti pusing, sakit punggung, leher, dan perut, depresi, kurang
energi, cemas, tak bisa tidur, ketakutan, dan tak bahagia.
Baru-baru ini saya sempat berinteraksi dengan sekelompok mahasiswa yang
mengeluhkan perasaan tertekan dan tak bahagia. Ternyata, kebanyakan dari
mereka memendam berbagai kemarahan, baik kepada orang tua maupun orang-orang
di sekitar mereka. Salah seorang mengaku telah 10 tahun memendam kebencian
kepada wanita yang menjadi istri kedua ayahnya. Si ayah yang dijuluki orang
paling sholeh di kantornya tanpa diduga mempunyai ''simpanan.'' Wanita ini
kemudian dinikahinya, dan akhirnya meninggal karena stroke lima tahun lalu.
Tapi, kemarahan dan kebencian si anak hingga kini belum juga mereda.
Musuh kita sebenarnya bukanlah orang yang membenci kita tetapi orang yang
kita benci. Ada cerita mengenai seorang lelaki bekas tapol di zaman Orde
Baru yang mengunjungi kawannya sesama eks tapol. Sambil mengobrol si kawan
bertanya, ''Apakah kamu sudah melupakan rezim Orde Baru?'' Jawabnya, ''Ya,
sudah.'' Si kawan kemudian berkata, ''Saya belum. Saya masih sangat membenci
mereka.'' Lelaki itu tertawa kecil dan berkata, ''Kalau begitu, mereka masih
memenjara dirimu.''
Untuk mencapai kebahagiaan, kita perlu mengubah cara pandang kita. Sumber
kebahagiaan ada dalam diri kita sendiri, bukan di luar. Karena itu jangan
terlalu memusingkan perilaku orang lain. Sebaliknya, belajarlah memaafkan.
Kunci memaafkan adalah memahami ketidaktahuan. Banyak orang yang melakukan
kesalahan karena ketidaktahuan. Kalaupun mereka sengaja melakukannya, itupun
karena mereka sebenarnya tak tahu. Mereka tak tahu bahwa kejahatan bukanlah
untuk orang lain tetapi untuk mereka sendiri.
Orang yang suka memaki dan bersikap kasar sebenarnya tak menyadari bahwa
mereka sedang menzalimi dirinya sendiri. Suatu ketika ia akan kena batunya.
Inilah konsekuensi logis dari hukum alam.
Mempraktikkan konsep memaafkan akan membuat hidup lebih ringan. Saya ingat,
saat sedang duduk menunggu anak saya sekolah pada minggu lalu, seorang ibu
yang lewat menubrukkan tasnya yang cukup berat ke kepala saya, tanpa permisi
apalagi minta maaf. Orang-orang yang melihat kejadian itu
menggeleng-gelengkan kepala sambil mencela kecerobohannya. Saya mencoba
mempraktikkan konsep ini, dan langsung memaafkannya. Ibu itu kelihatannya
sedang kalut. Tak mungkin ia sengaja menabrak saya begitu saja.
Untuk mencapai kebahagiaan, berikanlah maaf kepada orang lain. Hentikan
kebiasaan menyalahkan orang lain. Ingatlah, kesempurnaan manusia justru
terletak pada ketidaksempurnaannya. Hanya Allah-lah yang Maha Suci dan Maha
Sempurna. Saya menyukai apa yang dikemukakan Gerarld G Jampolsky dalam
bukunya Forgiveness, The Greatest Healer of All. ''Rela memaafkan adalah
jalan terpendek menuju Tuhan.''
Sumber: Sudahlah, Maafkan Saja! oleh Arvan Pradiansyah - Dosen UI dan
pengamat manajemen SDM
Bayangkan Anda sedang menghadiri pesta yang amat meriah. Semua orang tampil
dengan pakaian terbaik. Makanan yang dihidangkanpun tampak lezat dan
mengundang selera. Saat Anda antre untuk mengambil makanan, tiba-tiba
seseorang yang sangat Anda percaya berbisik di telinga Anda, ''Hati-hati,
banyak makanan tak halal disini, bahkan ada beberapa yang beracun!''
Saya berani menjamin Anda akan mengurungkan niat mengambil makanan. Boleh
jadi Anda pun langsung pulang ke rumah. Anda benar, hanya orang bodohlah
yang mau menyantap makanan tersebut. Kita tak mau makan sembarangan. Kita
sangat peduli pada kesehatan kita.
Anehnya, kita sering -- bahkan dengan sengaja -- memasukkan '
makanan-makanan beracun'' ke dalam pikiran kita. Kita tak sadar bahwa inilah
sumber penderitaan kita. Salah satu makanan yang paling berbahaya tersebut
bernama: ketidakmauan kita untuk memaafkan orang lain!
Ketidakmauan memaafkan adalah penyakit berbahaya yang menggerogoti
kebahagiaan kita. Kita sering menyimpan amarah. Kita marah karena dunia
berjalan tak sesuai dengan kemauan kita. Kita marah karena pasangan, anak,
orang tua, atasan, bawahan, dan rekan kerja, tak melakukan apa yang kita
inginkan. Lebih parah lagi, kita memendam kemarahan ini berhari-hari, bahkan
bertahun-tahun.
Memang banyak sekali kejadian yang memancing emosi kita. Pengendara motor
yang memaki kita, mobil yang menyalib dan hampir membuat kita celaka, orang
yang membobol ATM kita, politisi yang hanya memperjuangkan perutnya sendiri,
adik yang sering minta bantuan tapi tak pernah mengucapkan terima kasih,
pembantu yang membohongi kita, maupun bos yang pelitnya luar biasa. Kita
mungkin berpikir bahwa orang-orang tak tahu diri ini sudah sepantasnya kita
benci. Tapi kita lupa bahwa kebencian yang kita simpan hanyalah merugikan
kita sendiri.
Penelitian menunjukkan ketidakrelaan memaafkan orang lain memiliki dampak
hebat terhadap tubuh kita: menciptakan ketegangan, mempengaruhi sirkulasi
darah dan sistem kekebalan, meningkatkan tekanan jantung, otak dan setiap
organ dalam tubuh kita. Kemarahan yang terpendam mengakibatkan berbagai
penyakit seperti pusing, sakit punggung, leher, dan perut, depresi, kurang
energi, cemas, tak bisa tidur, ketakutan, dan tak bahagia.
Baru-baru ini saya sempat berinteraksi dengan sekelompok mahasiswa yang
mengeluhkan perasaan tertekan dan tak bahagia. Ternyata, kebanyakan dari
mereka memendam berbagai kemarahan, baik kepada orang tua maupun orang-orang
di sekitar mereka. Salah seorang mengaku telah 10 tahun memendam kebencian
kepada wanita yang menjadi istri kedua ayahnya. Si ayah yang dijuluki orang
paling sholeh di kantornya tanpa diduga mempunyai ''simpanan.'' Wanita ini
kemudian dinikahinya, dan akhirnya meninggal karena stroke lima tahun lalu.
Tapi, kemarahan dan kebencian si anak hingga kini belum juga mereda.
Musuh kita sebenarnya bukanlah orang yang membenci kita tetapi orang yang
kita benci. Ada cerita mengenai seorang lelaki bekas tapol di zaman Orde
Baru yang mengunjungi kawannya sesama eks tapol. Sambil mengobrol si kawan
bertanya, ''Apakah kamu sudah melupakan rezim Orde Baru?'' Jawabnya, ''Ya,
sudah.'' Si kawan kemudian berkata, ''Saya belum. Saya masih sangat membenci
mereka.'' Lelaki itu tertawa kecil dan berkata, ''Kalau begitu, mereka masih
memenjara dirimu.''
Untuk mencapai kebahagiaan, kita perlu mengubah cara pandang kita. Sumber
kebahagiaan ada dalam diri kita sendiri, bukan di luar. Karena itu jangan
terlalu memusingkan perilaku orang lain. Sebaliknya, belajarlah memaafkan.
Kunci memaafkan adalah memahami ketidaktahuan. Banyak orang yang melakukan
kesalahan karena ketidaktahuan. Kalaupun mereka sengaja melakukannya, itupun
karena mereka sebenarnya tak tahu. Mereka tak tahu bahwa kejahatan bukanlah
untuk orang lain tetapi untuk mereka sendiri.
Orang yang suka memaki dan bersikap kasar sebenarnya tak menyadari bahwa
mereka sedang menzalimi dirinya sendiri. Suatu ketika ia akan kena batunya.
Inilah konsekuensi logis dari hukum alam.
Mempraktikkan konsep memaafkan akan membuat hidup lebih ringan. Saya ingat,
saat sedang duduk menunggu anak saya sekolah pada minggu lalu, seorang ibu
yang lewat menubrukkan tasnya yang cukup berat ke kepala saya, tanpa permisi
apalagi minta maaf. Orang-orang yang melihat kejadian itu
menggeleng-gelengkan kepala sambil mencela kecerobohannya. Saya mencoba
mempraktikkan konsep ini, dan langsung memaafkannya. Ibu itu kelihatannya
sedang kalut. Tak mungkin ia sengaja menabrak saya begitu saja.
Untuk mencapai kebahagiaan, berikanlah maaf kepada orang lain. Hentikan
kebiasaan menyalahkan orang lain. Ingatlah, kesempurnaan manusia justru
terletak pada ketidaksempurnaannya. Hanya Allah-lah yang Maha Suci dan Maha
Sempurna. Saya menyukai apa yang dikemukakan Gerarld G Jampolsky dalam
bukunya Forgiveness, The Greatest Healer of All. ''Rela memaafkan adalah
jalan terpendek menuju Tuhan.''
Sumber: Sudahlah, Maafkan Saja! oleh Arvan Pradiansyah - Dosen UI dan
pengamat manajemen SDM
Bibit Kacang Hijau
Seorang teman mengirimkan kisah ini kepada saya dan tak diketahui dari mana asalnya.........
Dikisahkan bahwa sebuah perusahaan telekomunikasi di Italia sedang mencari
satu tenaga teknis Untuk menangani salah satu departemen dari perusahaan tersebut.
Begitu banyak yang datang melamar dan menjalani ujian tertulis.
Perusahaan tersebut dikenal dengan tingkat kesejahteraannya yang tinggi..
Namun sesudah ujian tertulis ini, semua peserta diberi pekerjaan rumah,
setiap orang diberi semangkok bibit kacang hijau untuk disemaikan.
Dan setelah jangka waktu yang diberikan setiap orang harus membawa pulang
bibit kacang hijau yang telah disemai ke perusahaan tersebut.
Setelah jangka waktu yang diberikan itu para peserta ujian kembali lagi
ke perusahaan, sambil membawa bibit kacang hijau yang telah bertumbuh segar menghijau.
Setiap orang memamerkan hasil usaha mereka dan berharap terpilih..
Sekilas tampak bahwa team penilai akan sulit memutuskan siapa yang jadi pemenangnya,
karena semua membawa bibit kacang yang telah bertumbuh itu sama bagus dan sama segarnya.
Setelah diabsensi ternyata satu orang tidak muncul di tengah para peserta.
Sang manager perusahaan lalu menelpon pelamar yang tak hadir itu dan
menanyakan alasan ketidak-hadirannya.
Orang tersebut dengan penuh penyesalan serta rasa bersalah memberikan
alasan ketidak-hadirannya saat ini.
Ia mengatakan bahwa bibit yang diberikan itu hingga saat ini belum tumbuh
padahal ia sudah berusaha memberi pupuk, dan air yang cukup.
Semua persyaratan yang dibutuhkan agar bibit kacang hijau bertumbuh subur telah dipenuhinya,
namun anehnya, bibit tersebut seakan berkepala keras tak mau bertumbuh.
"Aku berpikir bahwa aku pasti gagal untuk memperoleh posisi dalam perusahaan.
Karena itu saya memutuskan untuk tidak datang hari ini ke perusahaan bapak."
Sang manager berkata "Engkaulah yang diterima perusahaan kami. Profisiat!"
Orang itu heran dan kaget tak percaya....
Sesungguhnya, bibit kacang hijau yang dibagikan kepada para peserta tersebut
adalah bibit yang telah diproses sehingga tak bisa bertumbuh lagi.
Perusahaan akan dengan mudah mengetahui peserta mana yang jujur.
Dan ternyata hanya seorang yang tak mampu membawa bibit kacang yang telah tumbuh.
Dan dialah orang yang dicari itu.
"Inilah prinsip kami, nilai moral dalam pekerjaan lebih ditinggikan
ketimbang kemampuan dalam bekerja." Demikian sang manajer menjelaskan.
Beri perhatian lebih pada karakter dari pada reputasi, karena karakter adalah diri sebenarnya,
sementara reputasi hanya anggapan orang tentang anda. (John Wooden)
Dikisahkan bahwa sebuah perusahaan telekomunikasi di Italia sedang mencari
satu tenaga teknis Untuk menangani salah satu departemen dari perusahaan tersebut.
Begitu banyak yang datang melamar dan menjalani ujian tertulis.
Perusahaan tersebut dikenal dengan tingkat kesejahteraannya yang tinggi..
Namun sesudah ujian tertulis ini, semua peserta diberi pekerjaan rumah,
setiap orang diberi semangkok bibit kacang hijau untuk disemaikan.
Dan setelah jangka waktu yang diberikan setiap orang harus membawa pulang
bibit kacang hijau yang telah disemai ke perusahaan tersebut.
Setelah jangka waktu yang diberikan itu para peserta ujian kembali lagi
ke perusahaan, sambil membawa bibit kacang hijau yang telah bertumbuh segar menghijau.
Setiap orang memamerkan hasil usaha mereka dan berharap terpilih..
Sekilas tampak bahwa team penilai akan sulit memutuskan siapa yang jadi pemenangnya,
karena semua membawa bibit kacang yang telah bertumbuh itu sama bagus dan sama segarnya.
Setelah diabsensi ternyata satu orang tidak muncul di tengah para peserta.
Sang manager perusahaan lalu menelpon pelamar yang tak hadir itu dan
menanyakan alasan ketidak-hadirannya.
Orang tersebut dengan penuh penyesalan serta rasa bersalah memberikan
alasan ketidak-hadirannya saat ini.
Ia mengatakan bahwa bibit yang diberikan itu hingga saat ini belum tumbuh
padahal ia sudah berusaha memberi pupuk, dan air yang cukup.
Semua persyaratan yang dibutuhkan agar bibit kacang hijau bertumbuh subur telah dipenuhinya,
namun anehnya, bibit tersebut seakan berkepala keras tak mau bertumbuh.
"Aku berpikir bahwa aku pasti gagal untuk memperoleh posisi dalam perusahaan.
Karena itu saya memutuskan untuk tidak datang hari ini ke perusahaan bapak."
Sang manager berkata "Engkaulah yang diterima perusahaan kami. Profisiat!"
Orang itu heran dan kaget tak percaya....
Sesungguhnya, bibit kacang hijau yang dibagikan kepada para peserta tersebut
adalah bibit yang telah diproses sehingga tak bisa bertumbuh lagi.
Perusahaan akan dengan mudah mengetahui peserta mana yang jujur.
Dan ternyata hanya seorang yang tak mampu membawa bibit kacang yang telah tumbuh.
Dan dialah orang yang dicari itu.
"Inilah prinsip kami, nilai moral dalam pekerjaan lebih ditinggikan
ketimbang kemampuan dalam bekerja." Demikian sang manajer menjelaskan.
Beri perhatian lebih pada karakter dari pada reputasi, karena karakter adalah diri sebenarnya,
sementara reputasi hanya anggapan orang tentang anda. (John Wooden)
Nilai Diri Kita
Pada suatu ketika, di sebuah taman kecil ada seorang kakek. Di dekat kaket tersebut terdapat beberapa anak yang sedang asyik bermain pasir, membentuk lingkaran. Kakek itu lalu menghampiri mereka, dan berkata:
“Siapa diantara kalian yang mau uang Rp. 50.000!!” Semua anak itu terhenti bermain dan serempak mengacungkan tangan sambil memasang muka manis penuh senyum dan harap. Kakek lalu berkata, “Kakek akan memberikan uang ini, setelah kalian semua melihat ini dulu.”
Kakek tersebut lalu meremas-remas uang itu hingga lusuh. Di remasnya terus hingga beberapa saat. Ia lalu kembali bertanya “Siapa yang masih mau dengan uang ini lusuh ini?” Anak-anak itu tetap bersemangat mengacungkan tangan.
“Tapi,, kalau kakek injak bagaimana? “. Lalu, kakek itu menjatuhkan uang itu ke pasir dan menginjaknya dengan sepatu. Di pijak dan di tekannya dengan keras uang itu hingga kotor. Beberapa saat, Ia lalu mengambil kembali uang itu. Dan kakek kembali bertanya: “Siapa yang masih mau uang ini?”
Tetap saja. Anak-anak itu mengacungkan jari mereka. Bahkan hingga mengundang perhatian setiap orang. Kini hampir semua yang ada di taman itu mengacungkan tangan.
========================================================================================
Cerita diatas sangatlah sederhana. Namun kita dapat belajar sesuatu yang sangat berharga dari cerita itu. Apapun yang dilakukan oleh si Kakek, semua anak akan tetap menginginkan uang itu, Kenapa? karena tindakan kakek itu tak akan mengurangi nilai dari uang yang di hadiahkan. Uang itu tetap berharga Rp. 50.000
Seringkali, dalam hidup ini, kita merasa lusuh, kotor, tertekan, tidak berarti, terinjak, tak kuasa atas apa yang terjadi pada sekeliling kita, atas segala keputusan yang telah kita ambil, kita merasa rapuh. Kita juga kerap mengeluh atas semua ujian yang di berikan-Nya. Kita seringkali merasa tak berguna, tak berharga di mata orang lain. Kita merasa di sepelekan, di acuhkan dan tak dipedulikan oleh keluarga, teman, bahkan oleh lingkungan kita.
Namun, percayalah, apapun yang terjadi, atau "bakal terjadi", kita tak akan pernah kehilangan nilai kita di mata Tuhan.
Bagi-Nya, lusuh, kotor, tertekan, ternoda, selalu ada saat untuk ampunan dan maaf. Semua tak ternilai di mata Tuhan.
Nilai dari diri kita, tidak timbul dari apa yang kita sandang, atau dari apa yang kita dapat. Nilai diri kita, akan dinilai dari akhlak dan perangai kita. Tingkah laku kita. seberapapun kita diinjak oleh ketidak adilan, kita akan tetap diperebutkan, kalau kita tetap konsisten menjaga sikap kita.
Sahabat, akhlak ialah bunga kehidupan kita. Merupakan seberapa bernilainya manusia. Dengan akhlak, rasa sayang dan senang akan selalu mengikuti kita, dan merupakan modal hidup.
Orang yang tidak mempunyai akhlak, meskipun ia berharta, tidak ada nilainya. Meskipun dia cantik, tapi jika sikapnya buruk dan tiada berakhlak, maka kecantikannya tiada berguna baginya. Begitu pula dengan orang yang berpangkat tinggi, tanpa akhlak, dia
menjadi orang yang dibenci.
“Siapa diantara kalian yang mau uang Rp. 50.000!!” Semua anak itu terhenti bermain dan serempak mengacungkan tangan sambil memasang muka manis penuh senyum dan harap. Kakek lalu berkata, “Kakek akan memberikan uang ini, setelah kalian semua melihat ini dulu.”
Kakek tersebut lalu meremas-remas uang itu hingga lusuh. Di remasnya terus hingga beberapa saat. Ia lalu kembali bertanya “Siapa yang masih mau dengan uang ini lusuh ini?” Anak-anak itu tetap bersemangat mengacungkan tangan.
“Tapi,, kalau kakek injak bagaimana? “. Lalu, kakek itu menjatuhkan uang itu ke pasir dan menginjaknya dengan sepatu. Di pijak dan di tekannya dengan keras uang itu hingga kotor. Beberapa saat, Ia lalu mengambil kembali uang itu. Dan kakek kembali bertanya: “Siapa yang masih mau uang ini?”
Tetap saja. Anak-anak itu mengacungkan jari mereka. Bahkan hingga mengundang perhatian setiap orang. Kini hampir semua yang ada di taman itu mengacungkan tangan.
========================================================================================
Cerita diatas sangatlah sederhana. Namun kita dapat belajar sesuatu yang sangat berharga dari cerita itu. Apapun yang dilakukan oleh si Kakek, semua anak akan tetap menginginkan uang itu, Kenapa? karena tindakan kakek itu tak akan mengurangi nilai dari uang yang di hadiahkan. Uang itu tetap berharga Rp. 50.000
Seringkali, dalam hidup ini, kita merasa lusuh, kotor, tertekan, tidak berarti, terinjak, tak kuasa atas apa yang terjadi pada sekeliling kita, atas segala keputusan yang telah kita ambil, kita merasa rapuh. Kita juga kerap mengeluh atas semua ujian yang di berikan-Nya. Kita seringkali merasa tak berguna, tak berharga di mata orang lain. Kita merasa di sepelekan, di acuhkan dan tak dipedulikan oleh keluarga, teman, bahkan oleh lingkungan kita.
Namun, percayalah, apapun yang terjadi, atau "bakal terjadi", kita tak akan pernah kehilangan nilai kita di mata Tuhan.
Bagi-Nya, lusuh, kotor, tertekan, ternoda, selalu ada saat untuk ampunan dan maaf. Semua tak ternilai di mata Tuhan.
Nilai dari diri kita, tidak timbul dari apa yang kita sandang, atau dari apa yang kita dapat. Nilai diri kita, akan dinilai dari akhlak dan perangai kita. Tingkah laku kita. seberapapun kita diinjak oleh ketidak adilan, kita akan tetap diperebutkan, kalau kita tetap konsisten menjaga sikap kita.
Sahabat, akhlak ialah bunga kehidupan kita. Merupakan seberapa bernilainya manusia. Dengan akhlak, rasa sayang dan senang akan selalu mengikuti kita, dan merupakan modal hidup.
Orang yang tidak mempunyai akhlak, meskipun ia berharta, tidak ada nilainya. Meskipun dia cantik, tapi jika sikapnya buruk dan tiada berakhlak, maka kecantikannya tiada berguna baginya. Begitu pula dengan orang yang berpangkat tinggi, tanpa akhlak, dia
menjadi orang yang dibenci.
Pakaian Kebahagiaan
Suatu ketika, tersebutlah seorang raja yang kaya raya. Kekayaannya sangat melimpah. Emas, permata, berlian, dan semua batu berharga telah menjadi miliknya. Tanah kekuasaannya, meluas hingga sejauh mata memandang. Puluhan istana, dan ratusan pelayan siap menjadi hambanya.
Karena ia memerintah dengan tangan besi, apapun yang diinginkannya hampir selalu diraihnya. Namun, semua itu tak membuatnya merasa cukup. Ia selalu merasa kekurangan. Tidurnya tak nyenyak, hatinya selalu merasa tak bahagia. Hidupnya, dirasa sangatlah menyedihkan.
Suatu hari, dipanggillah salah seorang prajurit tebaiknya. Sang Raja lalu berkata, “Aku telah punya banyak harta. Namun, aku tak pernah merasa bahagia. Karena itu, ujar sang raja, “aku akan memerintahkanmu untuk memenuhi keinginanku. Pergilah kau ke seluruh penjuru negeri, dari pelosok ke pelosok, dan temukan orang yang paling berbahagia di negeri ini. Lalu, bawakan pakaiannya kepadaku.”
“Carilah hingga ujung-ujung cakrawala dan buana. Jika aku bisa mendapatkan pakaian itu, tentu, aku akan dapat merasa bahagia setiap hari. Aku tentu akan dapat membahagiakan diriku dengan pakaian itu. Temukan sampai dapat! ” perintah sang Raja kepada prajuritnya. “Dan aku tidak mau kau kembali tanpa pakaian itu. Atau, kepalamu akan kupenggal !!"
Mendengar titah sang Raja, prajurit itupun segera beranjak. Disiapkannya ratusan pasukan untuk menunaikan tugas. Berangkatlah mereka mencari benda itu. Mereka pergi selama berbulan-bulan, menyusuri setiap penjuru negeri. Seluas cakrawala, hingga ke ujung-ujung buana, seperti perintah Raja. Di telitinya setiap kampung dan desa, untuk mencari orang yang paling berbahagia, dan mengambil pakaiannya.
Sang Raja pun mulai tak sabar menunggu. Dia terus menunggu, dan menunggu hingga jemu. Akhirnya, setelah berbulan-bulan pencarian, prajurit itu kembali. Ah, dia berjalan tertunduk, merangkak dengan tangan dan kaki di lantai, tampak seperti sedang memohon ampun pada Raja. Amarah Sang Raja mulai muncul, saat prajurit itu datang dengan tangan hampa.
“Kemari cepat!!. Kau punya waktu 10 hitungan sebelum kepalamu di penggal. Jelaskan padaku mengapa kau melanggar perintahku. Mana pakaian kebahagiaan itu!” gurat-gurat kemarahan sang raja tampak memuncak.
Dengan airmata berlinang, dan badan bergetar, perlahan prajurit itu mulai angkat bicara. “Duli tuanku, aku telah memenuhi perintahmu. Aku telah menyusuri penjuru negeri, seluas cakrawala, hingga ke ujung-ujung buana, untuk mencari orang yang paling berbahagia. Akupun telah berhasil menemukannya."
Kemudian, sang Raja kembali bertanya, “Lalu, mengapa tak kau bawa pakaian kebahagiaan yang dimilikinya?"
Prajurit itu menjawab, “Ampun beribu ampun, duli tuanku, orang yang paling berbahagia itu, TIDAK mempunyai pakaian yang bernama kebahagiaan.”
======================================================================================
Bisa jadi, memang tak ada pakaian yang bernama kebahagiaan. Sebab, kebahagiaan, seringkali memang tak membutuhkan apapun, kecuali perasaan itu sendiri. Rasa itu hadir, dalam bentuk-bentuk yang sederhana, dan dalam wujud-wujud yang bersahaja.
Seringkali memang, kebahagiaan tak di temukan dalam gemerlap harta dan permata. Seringkali memang, kebahagiaan, tak hadir dalam indahnya istana-istana megah. Dan ya, kebahagiaan, seringkali memang tak selalu ada pada besarnya penghasilan kita, mewahnya rumah kita, gemerlap lampu kristal yang kita miliki, dan indahnya jalinan sutra yang kita sandang.
Seringkali malah, kebahagiaan hadir pada kesederhanaan, pada kebersahajaan. Seringkali rasa itu muncul pada rumah-rumah kecil yang orang-orang di dalamnya mau mensyukuri keberadaan rumah itu. Seringkali, kebahagiaan itu hadir, pada jalin-jemalin syukur yang tak henti terpanjatkan pada Ilahi.
Sebab, teman, kebahagiaan itu memang adanya di hati, di dalam kalbu ini. Kebahagiaan, tak berada jauh dari kita, asalkan kita mau menjumpainya. Ya, asalkan kita mau mensyukuri apa yang kita punyai, dan apa yang kita miliki.
Adakah “pakaian-pakaian kebahagiaan” itu telah Anda sandang dalam hati? Temukan itu dalam diri.
Karena ia memerintah dengan tangan besi, apapun yang diinginkannya hampir selalu diraihnya. Namun, semua itu tak membuatnya merasa cukup. Ia selalu merasa kekurangan. Tidurnya tak nyenyak, hatinya selalu merasa tak bahagia. Hidupnya, dirasa sangatlah menyedihkan.
Suatu hari, dipanggillah salah seorang prajurit tebaiknya. Sang Raja lalu berkata, “Aku telah punya banyak harta. Namun, aku tak pernah merasa bahagia. Karena itu, ujar sang raja, “aku akan memerintahkanmu untuk memenuhi keinginanku. Pergilah kau ke seluruh penjuru negeri, dari pelosok ke pelosok, dan temukan orang yang paling berbahagia di negeri ini. Lalu, bawakan pakaiannya kepadaku.”
“Carilah hingga ujung-ujung cakrawala dan buana. Jika aku bisa mendapatkan pakaian itu, tentu, aku akan dapat merasa bahagia setiap hari. Aku tentu akan dapat membahagiakan diriku dengan pakaian itu. Temukan sampai dapat! ” perintah sang Raja kepada prajuritnya. “Dan aku tidak mau kau kembali tanpa pakaian itu. Atau, kepalamu akan kupenggal !!"
Mendengar titah sang Raja, prajurit itupun segera beranjak. Disiapkannya ratusan pasukan untuk menunaikan tugas. Berangkatlah mereka mencari benda itu. Mereka pergi selama berbulan-bulan, menyusuri setiap penjuru negeri. Seluas cakrawala, hingga ke ujung-ujung buana, seperti perintah Raja. Di telitinya setiap kampung dan desa, untuk mencari orang yang paling berbahagia, dan mengambil pakaiannya.
Sang Raja pun mulai tak sabar menunggu. Dia terus menunggu, dan menunggu hingga jemu. Akhirnya, setelah berbulan-bulan pencarian, prajurit itu kembali. Ah, dia berjalan tertunduk, merangkak dengan tangan dan kaki di lantai, tampak seperti sedang memohon ampun pada Raja. Amarah Sang Raja mulai muncul, saat prajurit itu datang dengan tangan hampa.
“Kemari cepat!!. Kau punya waktu 10 hitungan sebelum kepalamu di penggal. Jelaskan padaku mengapa kau melanggar perintahku. Mana pakaian kebahagiaan itu!” gurat-gurat kemarahan sang raja tampak memuncak.
Dengan airmata berlinang, dan badan bergetar, perlahan prajurit itu mulai angkat bicara. “Duli tuanku, aku telah memenuhi perintahmu. Aku telah menyusuri penjuru negeri, seluas cakrawala, hingga ke ujung-ujung buana, untuk mencari orang yang paling berbahagia. Akupun telah berhasil menemukannya."
Kemudian, sang Raja kembali bertanya, “Lalu, mengapa tak kau bawa pakaian kebahagiaan yang dimilikinya?"
Prajurit itu menjawab, “Ampun beribu ampun, duli tuanku, orang yang paling berbahagia itu, TIDAK mempunyai pakaian yang bernama kebahagiaan.”
======================================================================================
Bisa jadi, memang tak ada pakaian yang bernama kebahagiaan. Sebab, kebahagiaan, seringkali memang tak membutuhkan apapun, kecuali perasaan itu sendiri. Rasa itu hadir, dalam bentuk-bentuk yang sederhana, dan dalam wujud-wujud yang bersahaja.
Seringkali memang, kebahagiaan tak di temukan dalam gemerlap harta dan permata. Seringkali memang, kebahagiaan, tak hadir dalam indahnya istana-istana megah. Dan ya, kebahagiaan, seringkali memang tak selalu ada pada besarnya penghasilan kita, mewahnya rumah kita, gemerlap lampu kristal yang kita miliki, dan indahnya jalinan sutra yang kita sandang.
Seringkali malah, kebahagiaan hadir pada kesederhanaan, pada kebersahajaan. Seringkali rasa itu muncul pada rumah-rumah kecil yang orang-orang di dalamnya mau mensyukuri keberadaan rumah itu. Seringkali, kebahagiaan itu hadir, pada jalin-jemalin syukur yang tak henti terpanjatkan pada Ilahi.
Sebab, teman, kebahagiaan itu memang adanya di hati, di dalam kalbu ini. Kebahagiaan, tak berada jauh dari kita, asalkan kita mau menjumpainya. Ya, asalkan kita mau mensyukuri apa yang kita punyai, dan apa yang kita miliki.
Adakah “pakaian-pakaian kebahagiaan” itu telah Anda sandang dalam hati? Temukan itu dalam diri.
Apakah musuh utama pohon?
Ketika manusia mulai pandai melebur biji besi menjadi batang besi, lalu
menempa dan membentuk lempengan, kemudian mengasahnya menjadi sebilah mata
kapak yang tajam; ketika itulah pohon-pohon di dunia mulai khawatir akan
nasib mereka. Pohon-pohon melihat semakin hari semakin banyak kerusakan
yang diperbuat oleh manusia dengan kapak-kapaknya. Berbondong-bondong
manusia memanggul kapak memasuki hutan dan menebangi pohon-pohon.
Apa jadinya bila dunia tanpa hutan yang lebat? Apa jadinya bila dunia tanpa
pohon. Namun pohon tak bisa berbuat banyak. Pohon hanya bisa menitikkan air
mata dan geram saat memandang satu-per-satu pohon lain bertumbangan akibat
dikapaki oleh manusia-manusia. Kerusakan pohon sudah sedemikian dashyatnya.
Kini hanya tertinggal sebatang pohon di hutan itu yang merintih,
“Oh, mengapa manusia menciptakan kapak yang digunakan untuk menebangi
pohon-pohon? Sungguh kejam kapak itu.”
Rintihan itu terdengar oleh seorang penebang yang menjawabnya sambil
tertawa-tawa, “Ha..ha..ha.. wahai pohon lihatlah, sebilah mata kapak ini
takkan bisa melukaimu begitu parah bila tak dilengkapi dengan pegangan yang
terbuat dari kayu yang kuat. Sadarkah kau bahwa kayu itu berasal dari pohon
- yaitu dirimu sendiri!”
Pohon, “Haaah..???”
Renungan:
Ketidakbahagiaan dapat ditelusuri ke dalam diri sendiri. Dan kenyataannya
seringkali musuh terbesar seseorang justru adalah dirinya sendiri. (Adapted
from The Illustrated Heart Sutra – Tsai Chih Chung)
menempa dan membentuk lempengan, kemudian mengasahnya menjadi sebilah mata
kapak yang tajam; ketika itulah pohon-pohon di dunia mulai khawatir akan
nasib mereka. Pohon-pohon melihat semakin hari semakin banyak kerusakan
yang diperbuat oleh manusia dengan kapak-kapaknya. Berbondong-bondong
manusia memanggul kapak memasuki hutan dan menebangi pohon-pohon.
Apa jadinya bila dunia tanpa hutan yang lebat? Apa jadinya bila dunia tanpa
pohon. Namun pohon tak bisa berbuat banyak. Pohon hanya bisa menitikkan air
mata dan geram saat memandang satu-per-satu pohon lain bertumbangan akibat
dikapaki oleh manusia-manusia. Kerusakan pohon sudah sedemikian dashyatnya.
Kini hanya tertinggal sebatang pohon di hutan itu yang merintih,
“Oh, mengapa manusia menciptakan kapak yang digunakan untuk menebangi
pohon-pohon? Sungguh kejam kapak itu.”
Rintihan itu terdengar oleh seorang penebang yang menjawabnya sambil
tertawa-tawa, “Ha..ha..ha.. wahai pohon lihatlah, sebilah mata kapak ini
takkan bisa melukaimu begitu parah bila tak dilengkapi dengan pegangan yang
terbuat dari kayu yang kuat. Sadarkah kau bahwa kayu itu berasal dari pohon
- yaitu dirimu sendiri!”
Pohon, “Haaah..???”
Renungan:
Ketidakbahagiaan dapat ditelusuri ke dalam diri sendiri. Dan kenyataannya
seringkali musuh terbesar seseorang justru adalah dirinya sendiri. (Adapted
from The Illustrated Heart Sutra – Tsai Chih Chung)
Takkan Pernah Tahu Esok
Suatu hari bos Mercedez Benz mempunyai masalah dengan kran air dirumahnya.
Kran itu selalu bocor hingga dia kawatir anaknya terpeleset jatuh . Atas
rekomendasi seorang temannya , Mr. Benz menelpon seorang tukang ledeng
untuk memperbaiki kran miliknya . Perjanjian perbaikan ditentukan 2 hari
kemudian karena si tukang ledeng rupanya cukup sibuk . Si tukang ledeng
sama sekali tidak tahu bahwa si penelpon adalah bos pemilik perusahaan
mobil terbesar di Jerman .
Satu hari setelah ditelpon Mr.Benz , pak tukang ledeng menghubungi
Mr.Benz untuk menyampaikan terima kasih karena sudah bersedia menunggu
satu hari lagi . Bos Mercy-pun kagum atas pelayanan dan cara berbicara
pak tukang ledeng .
Pada hari yang telah disepakati , si tukang ledeng datang ke rumah
Mr.Benz untuk memperbaiki kran yang bocor . Setelah kutak sanakutak
sini , kranpun selesai diperbaiki dan pak tukang ledeng pulang setelah
menerima pembayaran atas jasanya .
Sekitar 2 minggu setelah hari itu , si tukang ledeng menghubungi Mr.Benz
untuk menanyakan apakah kran yang diperbaiki sudah benar-benar beres
atau masih timbul masalah ? Mr. Benz berpikir pasti orang ini orang
hebat walaupun cuma tukang ledeng . Mr. Benz menjawab di telepon bahwa
kran dirumahnya sudah benar-benar beres dan mengucapkan terima kasih
atas pelayanan pak tukang ledeng .
Tahukah anda bahwa beberapa bulan kemudian mr. Benz merekrut si tukang
ledeng untuk bekerja di perusahaannya ? Ya , namanya Christopher L.Jr .
Saat ini beliau adalah General manager Customer Satisfaction and Public
Relation di Mercedez Benz !
Jangan lupa dan aplikasikan dalam tingkah laku sehari hari :
1. Masukkan hanya informasi dan nasehat bergizi untuk otak kita .
Jangan pernah memberinya sampah.
2. Jangan sampai rasa takut mengalahkan kita . Hadapi dia face to
face!
3. Tersenyumlah dengan tulus hingga gigi kita terlihat dan Jadilah
orang yang menyenangkan.
4. Selalu tambahkan keju dan pelayanan terbaik walaupun itu tidak
diminta.
Kran itu selalu bocor hingga dia kawatir anaknya terpeleset jatuh . Atas
rekomendasi seorang temannya , Mr. Benz menelpon seorang tukang ledeng
untuk memperbaiki kran miliknya . Perjanjian perbaikan ditentukan 2 hari
kemudian karena si tukang ledeng rupanya cukup sibuk . Si tukang ledeng
sama sekali tidak tahu bahwa si penelpon adalah bos pemilik perusahaan
mobil terbesar di Jerman .
Satu hari setelah ditelpon Mr.Benz , pak tukang ledeng menghubungi
Mr.Benz untuk menyampaikan terima kasih karena sudah bersedia menunggu
satu hari lagi . Bos Mercy-pun kagum atas pelayanan dan cara berbicara
pak tukang ledeng .
Pada hari yang telah disepakati , si tukang ledeng datang ke rumah
Mr.Benz untuk memperbaiki kran yang bocor . Setelah kutak sanakutak
sini , kranpun selesai diperbaiki dan pak tukang ledeng pulang setelah
menerima pembayaran atas jasanya .
Sekitar 2 minggu setelah hari itu , si tukang ledeng menghubungi Mr.Benz
untuk menanyakan apakah kran yang diperbaiki sudah benar-benar beres
atau masih timbul masalah ? Mr. Benz berpikir pasti orang ini orang
hebat walaupun cuma tukang ledeng . Mr. Benz menjawab di telepon bahwa
kran dirumahnya sudah benar-benar beres dan mengucapkan terima kasih
atas pelayanan pak tukang ledeng .
Tahukah anda bahwa beberapa bulan kemudian mr. Benz merekrut si tukang
ledeng untuk bekerja di perusahaannya ? Ya , namanya Christopher L.Jr .
Saat ini beliau adalah General manager Customer Satisfaction and Public
Relation di Mercedez Benz !
Jangan lupa dan aplikasikan dalam tingkah laku sehari hari :
1. Masukkan hanya informasi dan nasehat bergizi untuk otak kita .
Jangan pernah memberinya sampah.
2. Jangan sampai rasa takut mengalahkan kita . Hadapi dia face to
face!
3. Tersenyumlah dengan tulus hingga gigi kita terlihat dan Jadilah
orang yang menyenangkan.
4. Selalu tambahkan keju dan pelayanan terbaik walaupun itu tidak
diminta.
Petapa dan Petani
Pertapa dan Petani
Seorang pertapa saleh tinggal di dalam gua, di belahan hutan yang paling dalam di sebuah gunung tinggi.
Begitu suci hidupnya hingga ia beranggapan bahwa dialah manusia yang paling saleh dan yang paling mencintai Tuhannya.
Tuhan membaca semua pikirannya. Datanglah Ia dalam angin badai, menjumpai pertapa ini. Berkatalah Ia, ‘Hai pertapa, pergilah kau ke sebuah sungai yang mengalir di tepi sebuah desa di kaki gunung ini. Temuilah seorang petani yang sedang membajak sawahnya. Ia adalah orang yang berbakti kepadaKu, belajarlah dari dia.”
Lalu pergilah ia ke tempat yang dimaksud Tuhannya dan bertemu dengan petani itu. Ia perhatikan, sebelum membajak, ia menundukkan kepala. Saat makan siang tiba, petani ini menundukkan kepala lagi. Diamatinya terus, pada malam hari ia menundukkan kepala lagi.
Pertapa ini berpikir, “Sehari hanya 3 kali berdoa singkat,bagaimana ia disebut berbakti kepada Tuhan?”.
Lalu Tuhan berkata kepada pertapa ini, “Pergilah mengelilingi desa itu dengan membawa gelas berisi air penuh. Jangan menumpahkan setetespun!”. Pertapa ini melakukannya!”
Bertanyalah Tuhan, “Berapa kali kamu ingat Aku sepanjang perjalananmu?”
“Tidak sekalipun ya Tuhan. Bagaimana aku ingat Engkau kalau Engkau menyuruhku memperhatikan air dalam gelas ini supaya tidak tumpah?”
Kata Tuhan, “Gelas ini menguasai pkiranmu, sehingga tak sekalipun engkau berpikir tentang Aku. Tapi lihatlah petani itu.
Di saat-saat sibuk, membajak sawahnya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya ia masih ingat kepadaKu.”
Apakah anda seperti pertapa ini, yang berkonsentrasi HANYA kepada pekerjaan & kegiatan anda? Tidakkah anda mengingat beberapa detik saja untuk bersyukur atas kehidupan anda? Awali hari-hari anda dengan Tuhan senantiasa....Have a nice day...
Seorang pertapa saleh tinggal di dalam gua, di belahan hutan yang paling dalam di sebuah gunung tinggi.
Begitu suci hidupnya hingga ia beranggapan bahwa dialah manusia yang paling saleh dan yang paling mencintai Tuhannya.
Tuhan membaca semua pikirannya. Datanglah Ia dalam angin badai, menjumpai pertapa ini. Berkatalah Ia, ‘Hai pertapa, pergilah kau ke sebuah sungai yang mengalir di tepi sebuah desa di kaki gunung ini. Temuilah seorang petani yang sedang membajak sawahnya. Ia adalah orang yang berbakti kepadaKu, belajarlah dari dia.”
Lalu pergilah ia ke tempat yang dimaksud Tuhannya dan bertemu dengan petani itu. Ia perhatikan, sebelum membajak, ia menundukkan kepala. Saat makan siang tiba, petani ini menundukkan kepala lagi. Diamatinya terus, pada malam hari ia menundukkan kepala lagi.
Pertapa ini berpikir, “Sehari hanya 3 kali berdoa singkat,bagaimana ia disebut berbakti kepada Tuhan?”.
Lalu Tuhan berkata kepada pertapa ini, “Pergilah mengelilingi desa itu dengan membawa gelas berisi air penuh. Jangan menumpahkan setetespun!”. Pertapa ini melakukannya!”
Bertanyalah Tuhan, “Berapa kali kamu ingat Aku sepanjang perjalananmu?”
“Tidak sekalipun ya Tuhan. Bagaimana aku ingat Engkau kalau Engkau menyuruhku memperhatikan air dalam gelas ini supaya tidak tumpah?”
Kata Tuhan, “Gelas ini menguasai pkiranmu, sehingga tak sekalipun engkau berpikir tentang Aku. Tapi lihatlah petani itu.
Di saat-saat sibuk, membajak sawahnya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya ia masih ingat kepadaKu.”
Apakah anda seperti pertapa ini, yang berkonsentrasi HANYA kepada pekerjaan & kegiatan anda? Tidakkah anda mengingat beberapa detik saja untuk bersyukur atas kehidupan anda? Awali hari-hari anda dengan Tuhan senantiasa....Have a nice day...
Anak yang Mencoret Mobil Ayahnya
Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan mobil1.jpg, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja motor.jpgkarena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.
Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.
Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…”Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu.”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.
“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain nanti ?… Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, ” katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…, Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..
Sumber : dikutip dari milis EMBA, dan debritto
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan mobil1.jpg, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja motor.jpgkarena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.
Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.
Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…”Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu.”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.
“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain nanti ?… Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, ” katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…, Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..
Sumber : dikutip dari milis EMBA, dan debritto
Kebahagiaan Adalah Sebuah PILIHAN
Pada suatu zaman di Tiongkok, hiduplah seorang jenderal besar yang selalu menang dalam setiap pertempuran.
Karena itulah, ia dijuluki "Sang Jenderal Penakluk" oleh rakyat. Suatu ketika, dalam sebuah pertempuran, ia dan
pasukannya terdesak oleh pasukan lawan yang berkali lipat lebih banyak.
Mereka melarikan diri, namun terangsak sampai ke pinggir jurang. Pada saat itu para prajurit Sang Jenderal menjadi
putus asa dan ingin menyerah kepada musuh saja. Sang Jenderal segera mengambil inisiatif, "Wahai seluruh
pasukan, menang-kalah
sudah ditakdirkan oleh dewa-dewa. Kita akan menanyakan kepada para dewa, apakah hari ini kita harus kalah
atau akan menang. Saya akan melakukan tos dengan keping keberuntungan ini! Jika sisi gambar yang muncul, kita
akan menang. Jika sisi angka yang muncul, kita akan kalah! Biarlah dewa-dewa yang menentukan!" seru Sang
Jenderal sambil melemparkan kepingnya untuktos.
Ternyata sisi gambar yang muncul! Keadaan itu disambut histeris oleh pasukan Sang Jenderal, "Hahaha…
dewa-dewa di pihak kita! Kita sudah pasti menang!!!" Dengan semangat membara, bagaikan kesetanan mereka
berbalik menggempur balik pasukan lawan. Akhirnya, mereka benar-benar berhasil menunggang-langgang kan lawan
yang berlipat-lipat banyaknya.
Pada senja pasca-kemenangan, seorang prajurit berkata kepada Sang Jenderal, "Kemenangan kita telah
ditentukan dari langit, dewa-dewa begitu baik terhadap kita."
Sang Jenderal menukas, "Apa iya sih?" sembari melemparkan keping keberuntungannya kepada prajurit itu. Si
prajurit memeriksa kedua sisi keping itu, dan dia hanya bisa melongo ketika mendapati bahwa ternyata kedua
sisinya adalah gambar.
Memang dalam hidup ini ada banyak hal eksternal yang tidak bisa kita ubah; banyak hal yang terjadi tidak sesuai
dengan kehendak kita. Namun demikian, pada dasarnya dan pada akhirnya, kita tetap bisa mengubah pikiran atau
sisi internal kita sendiri: untuk menjadi bahagia atau menjadi tidak berbahagia. Jika bahagia atau tidak bahagia
diidentikkan dengan nasib baik atau nasib buruk, jadi sebenarnya nasib kita tidaklah ditentukan oleh siapa-siapa,
melainkan oleh diri kita sendiri. Ujung-ujungnya, kebahagiaan adalah sebuah pilihan proaktif.
"The most proactive thing we can do is to 'be happy'," begitu kata Stephen R. Covey dalam buku '7 Habits'.(SM)
Have a positive day!
Karena itulah, ia dijuluki "Sang Jenderal Penakluk" oleh rakyat. Suatu ketika, dalam sebuah pertempuran, ia dan
pasukannya terdesak oleh pasukan lawan yang berkali lipat lebih banyak.
Mereka melarikan diri, namun terangsak sampai ke pinggir jurang. Pada saat itu para prajurit Sang Jenderal menjadi
putus asa dan ingin menyerah kepada musuh saja. Sang Jenderal segera mengambil inisiatif, "Wahai seluruh
pasukan, menang-kalah
sudah ditakdirkan oleh dewa-dewa. Kita akan menanyakan kepada para dewa, apakah hari ini kita harus kalah
atau akan menang. Saya akan melakukan tos dengan keping keberuntungan ini! Jika sisi gambar yang muncul, kita
akan menang. Jika sisi angka yang muncul, kita akan kalah! Biarlah dewa-dewa yang menentukan!" seru Sang
Jenderal sambil melemparkan kepingnya untuktos.
Ternyata sisi gambar yang muncul! Keadaan itu disambut histeris oleh pasukan Sang Jenderal, "Hahaha…
dewa-dewa di pihak kita! Kita sudah pasti menang!!!" Dengan semangat membara, bagaikan kesetanan mereka
berbalik menggempur balik pasukan lawan. Akhirnya, mereka benar-benar berhasil menunggang-langgang kan lawan
yang berlipat-lipat banyaknya.
Pada senja pasca-kemenangan, seorang prajurit berkata kepada Sang Jenderal, "Kemenangan kita telah
ditentukan dari langit, dewa-dewa begitu baik terhadap kita."
Sang Jenderal menukas, "Apa iya sih?" sembari melemparkan keping keberuntungannya kepada prajurit itu. Si
prajurit memeriksa kedua sisi keping itu, dan dia hanya bisa melongo ketika mendapati bahwa ternyata kedua
sisinya adalah gambar.
Memang dalam hidup ini ada banyak hal eksternal yang tidak bisa kita ubah; banyak hal yang terjadi tidak sesuai
dengan kehendak kita. Namun demikian, pada dasarnya dan pada akhirnya, kita tetap bisa mengubah pikiran atau
sisi internal kita sendiri: untuk menjadi bahagia atau menjadi tidak berbahagia. Jika bahagia atau tidak bahagia
diidentikkan dengan nasib baik atau nasib buruk, jadi sebenarnya nasib kita tidaklah ditentukan oleh siapa-siapa,
melainkan oleh diri kita sendiri. Ujung-ujungnya, kebahagiaan adalah sebuah pilihan proaktif.
"The most proactive thing we can do is to 'be happy'," begitu kata Stephen R. Covey dalam buku '7 Habits'.(SM)
Have a positive day!
Kesetiaan Itu...
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua.. mereka menikah sudah lebih 32 tahun.
Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnya pun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk Ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan Pak Suyatno memutuskan Ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu … semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata "Pak kami ingin sekali merawat Ibu semenjak kami kecil melihat Bapak merawat Ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir Bapak. … bahkan Bapak tidak ijinkan kami menjaga Ibu". dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya "sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan Bapak menikah lagi, kami rasa Ibupun akan mengijinkannya, kapan Bapak menikmati masa tua Bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat Bapak, kami janji kami akan merawat Ibu sebaik-baik secara bergantian ..."
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka."Anak2ku … Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin Bapak akan menikah … tapi ketahuilah dengan adanya Ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian ... sejenak kerongkongannya tersekat … kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian tanya Ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini?
Kalian menginginkan Bapak bahagia, apakah batin Bapak bisa bahagia meninggalkan Ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan Bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan Ibumu yg masih sakit."
Sejenak meledaklah tangis anak2 Pak Suyatno merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata Ibu Suyatno … dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.. Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat sendiri Istrinya yg sudah tidak bisa apa2.. disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru disitulah Pak Suyatno bercerita.
"Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2 ...
Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama … dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit..."
Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnya pun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk Ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan Pak Suyatno memutuskan Ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu … semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata "Pak kami ingin sekali merawat Ibu semenjak kami kecil melihat Bapak merawat Ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir Bapak. … bahkan Bapak tidak ijinkan kami menjaga Ibu". dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya "sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan Bapak menikah lagi, kami rasa Ibupun akan mengijinkannya, kapan Bapak menikmati masa tua Bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat Bapak, kami janji kami akan merawat Ibu sebaik-baik secara bergantian ..."
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka."Anak2ku … Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin Bapak akan menikah … tapi ketahuilah dengan adanya Ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian ... sejenak kerongkongannya tersekat … kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba kalian tanya Ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini?
Kalian menginginkan Bapak bahagia, apakah batin Bapak bisa bahagia meninggalkan Ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan Bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan Ibumu yg masih sakit."
Sejenak meledaklah tangis anak2 Pak Suyatno merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata Ibu Suyatno … dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.. Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat sendiri Istrinya yg sudah tidak bisa apa2.. disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru disitulah Pak Suyatno bercerita.
"Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2 ...
Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama … dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit..."
Minggu, 24 Januari 2010
Persahabatan Tak Akan Melihat Perbedaan
Aku tidak pernah berpikir kalau hidupku masih bisa bernafas setelah kecelakaan tabrakan mobil yang membuatku koma selama 1 bulan lamanya. Istriku Angel berkata padaku, bahwa Tuhan masih sangat mencintaiku sehingga ia memberikan aku satu kehidupan baru dalam hidupku. Selama proses pemulihan aku hanya bisa duduk terbaring di kursi roda untuk melakukan aktifitas, sebagai anak tunggal satu-satunya dalam keluargaku, ayah dan ibu sangat mencintaiku.
Hidupku terlahir dengan kekayaan berlimpah, istriku cantik dan sejak kecil aku terbiasa dimanjakan sebagai anak orang kaya. Aku bersekolah di Australia saat lulus dari SMA dari Jakarta, menjadi orang kaya tidak membuatku dapat memiliki sahabat karena sifatku yang pendiam terlebih kata ibu sejak kecil aku mempunyai jantung yang lemah. Tidak heran mereka selalu mencemaskan keadaanku yang tidak pernah aku pikirkan, lucunya aku baru tau jantungku membusuk saat kecelakaan itu terjadi.
Aku duduk di teras rumahku yang menghadap ke laut Jawa dan memilih tempat itu sebagai masa penyembuhan dan rehabitasiku. Istriku sedang membuatkan aku segelas susu dan aku tanpa sengaja melihat sebuah buku novel tergeletak di meja teras, mungkin saja istriku baru membacanya dan menaruhnya disana. Aku membuka lembaran itu dan terselip sebuah foto antara aku, istri dan seorang sahabat yang telah lupa dalam ingatanku bernama Fernando.
Bukankah ini foto saat kami berada di Australia, Fernando berkerja sebagai pelayan kafe dan saat itu aku, istriku dan dia berfoto bersama saat berdiskusi. Istriku datang dan menghampiriku sembari meletakkan segelas susu di meja.
“ Mengapa foto ini ada disini sayang?” tanyaku
Istriku terkejut, mungkin karena ia takut gambar itu membuat aku teringat masa lalu.
“ Maaf aku tidak sengaja menemukan novel itu dari kiriman pos seseorang dan ketika membukanya terdapat foto kita semasa kuliah.”
Aku terdiam, istriku langsung seperti salah tingkah.
“ Ngomong-ngomong sekarang dimana Fernando, bukannya terakhir kita masih melihatnya saat bulan madu di Perth?”
Istriku terdiam, suara telepon tiba-tiba berdering dan dia langsung meminta izin untuk mengangkat. Aku hanya bisa mengenang foto kenangan itu, Fernando adalah sahabat pertama yang menjadi temanku saat aku nyaris mati karena kedinginan terserang hujan deras, ia bukan laki-laki beruntung seperti hidupku. Bahkan untuk menyambung hidupnya ia harus bekerja sebagai pelayan restoran, aku berterima kasih padanya karena berkatnya aku masih bisa hidup sampai detik ini.
Berkatnya juga aku bisa mengenal istri yang kucintai saat ini, persahabatan kami baik-baik saja hingga sebuah tragedi terjadi dalam hidup kami. Suatu ketika semua orang mempergunjing aku di kampus dan mengatakan aku seorang gay karena terlalu dekat dengan Fernando. Terang saja aku marah, kami normal dan dekat karena dialah satu-satunya sahabatku di Australia dan aku bahkan rela menghajar orang-orang yag menjelek-jelekkan sahabatku itu. Tapi pertanyaan it u terus menghantuiku, sebagian dari sahabatku memang pernah berbisik kalau sahabatku itu gaytapi Angel tidak pernah mengatakan begitu walaupun mereka sudah mengenal sebelum hadirnya aku.
Tapi hidup memang pahit, di mataku sendiri Fernando berciuman dengan sesama pasangan gay-nya. Aku hancur dan malu memiliki sahabat seperti dia, ada yang aneh ketika melihatnya berbuat demikian. Sidney memang kota bebas bagi gay, tapi tidak buat aku. Aku melupakan semua kebaikan yang pernah dia berikan padaku, jijik rasanya aku melihat monster itu hidup bersamaku selama ini. Aku tau Fernando melihatku memergokinnya saat itu, ia panik dan meminta maaf karena selama ini tidak jujur dengan statusnya, hal terakhir yang kudengar dari mulutnya adalah
“ Aku mungkin gay, tapi aku bukanlah monster yang ada disampingmu selama ini. Bagiku siapapun boleh menganggap aku manusia hina tapi janganlah kau sahabatku, karena kaulah satu-satunya sahabat dalam hidupku yang yatim piatu tanpa siapapun”
Aku tidak tergoda oleh kalimat itu walau terasa menyedihkan, kutinggalkan Sidney saat itu juga dengan membawa Angel pindah ke Perth. Aku tau Angel ingin menyarankan aku untuk menerima kenyataan tapi hatiku membeku dan tidak sudi memiliki sahabat gay dan menjijikkan seperti dia. Sejak saat itu aku tidak pernah melihatnya seperti yang aku katakan sebelumnya kami kembali bertemu saat aku sedang berbulan madu bersama istriku tepatnya 3 tahun setelah kami berpacaran di sebuah restoran mewah ketika Fernando mulai menjadi koki di restorant itu.
Aku sadar ini saat terakhir aku berjumpa dengannya, karena aku akan kembali ke Jakarta. Saran istriku padaku untuk setidaknya mengucapkan kata perpisahan dengannya aku turuti, aku pun mengundangnya minum kopi bersama sebagai sahabat lama walaupun di hatiku tidak pernah mau memaafkan statusnya sebagai gay. Kami bicara seadanya tentang hidup kami , dia mengucapkan selamat atas pernikahan kami. Dan kami pun berpisah, ketika pulang aku tidak mengingat semuanya selain sebuah mobil menabrakku dan aku pun koma hingga tidak sempat mengingat Fernando.
Istriku kembali, dengan wajah sedikit senduh dia duduk di sampingku.
“ Sayang, sebenarnya apa yang kamu pikirkan tentang foto itu”
“ Tidak ada selain pertanyaan ke mana Fernando saat ini?”
Istriku menunduk sambil berkata “ Dia ada disini..”. Aku menjadi bingung,
“ Maksudmu apa?”
“ Fernando tidak akan pernah ada di dunia ini lagi, tapi dia akan selalu ada di sini, tepatnya di jantung yang kamu miliki saat ini.”
“ Aku tidak mengerti maksudmu?”
Istriku menangis sambil bercerita, di saat-saat terakhir usai kecelakaan terjadi. Orang yang membawaku ke rumah sakit adalah Fernando, Dokter mengatakan bahwa jantungku sudah tidak berfungsi. Aku hanya memiliki waktu sedikit untuk tetap hidup dan dokter menyarankan Fernando mencari donor jantung. Istriku Angel begitu terkejut dengan berita kecelakaan itu, ia menangis di samping Fernando. Tidak mungkin mencari jantung yang tepat dalam waktu saat kondisi kritis seperti ini.
” Fernando, sebentar lagi Anthony akan menjadi seorang ayah, aku tidak lagi sanggup hidup bila bayi dalam kandunganku ini tidak memiliki ayah..” ujar Angel.
Fernando tersenyum dan berkata
“ Percayalah kalau Anthony ( namaku) akan tetap hidup di samping kamu untuk selamanya”
Itulah kata-kata terakhir dari istriku, Fernando mendekat pada dokter dan berkata ia mau mendonorkan jantungnya padaku. Dokter terang saja menolak keinginan Fernado karena tidak ada hukum yang mengizinkan orang sehat untuk berbuat demikian. Fernando tidak putus asa, baginya hidupnya yang sebatang kara tidak akan memiliki masa depan terlebih tak akan ada seorang pun yang peduli padanya. Ia dengar kalau hanya orang yang sekarat boleh mendonorkan dirinya, sahabatku melakukan tindakan bodoh.
Sesaat sebelum kematiannya ia menelepon Dokter dan mengatakan bahwa seseorang donor yang bersedia menyumbangkan jantungnya. Dokter bertanya siapa orang itu, dengan tersenyum dibalik telepon Fernando berkata “ Saya menunggu anda di belakang rumah sakit, jantung ini hanya bisa bertahan selama beberapa saat, saya mohon dokter kemarilah dalam waktu 10 menit.” Dengan berani Fernando menabrakkan dirinya pada sebuah truk yang lewat, dia mengorbankan dirinya untuk menjadi donor dalam keadan sekarat.
Angel menerima kabar itu usai operasiku berjalan lancar saat itu ia hendak bertanya sosok donor yang menyumbangkan jantungnya dan berpikir untuk mengucapkan terima kasih pada keluarga, dokter mengatakan sang donor adalah Fernando. Angel tidak mungkin mengatakan kejadian itu padaku, ia hanya ingin menunggu saat yang tepat dan saat inilah aku tau. Aku hanya bisa menangis di atas makam sahabatku. Entah bertapa bodohnya aku tidak pernah mengerti arti sahabat dalam kehidupanku. Kalau saja saat itu aku memaafkan apa yang terjadi mungkin tidak akan ada penyesalan dalam hidupku.
“ Dia sahabat yang tidak hanya menolong hidupku satu kali tapi dua kali, bukanlah dia yang seharusnya meminta maaf tapi akulah yang meminta maaf tidak pernah mengerti bertapa dia adalah sahabat sejati dalam hidupku, aku terlalu egois mengatakan bahwa dia gay dan dia adalah petaka dalam hidupku. Mungkin kata dia terakhir padaku tidak akan pernah terlupa dalam ingatanku, ia memang gay tapi ia bukanlah monster yang akan mencintai sahabatnya sendiri.”
Aku tidak akan pernah melupakan hal ini, walaupun hidupku berjalan dengan waktu, semoga kisahku tidak membuat kalian menjadi seperti aku. Ingatlah sahabat itu hadir dalam hidup kita tanpa pernah kita sadari bahwa sejatinya tidak ada manusia yang sempurna dalam hidup ini. anakku terlahir beberapa bulan kemudian dan untuk mengenang sahabatku, keberikan nama Fernando padanya.
Gay, lesbi , pria buta, wanita bisu mereka adalah manusia yang memiliki hati untuk mencintai dan kasih dalam persahabatan. Setidaknya kita menyadari saat ini sebelum terlambat.
True story ini pernah dimuat di Kompas.
Hidupku terlahir dengan kekayaan berlimpah, istriku cantik dan sejak kecil aku terbiasa dimanjakan sebagai anak orang kaya. Aku bersekolah di Australia saat lulus dari SMA dari Jakarta, menjadi orang kaya tidak membuatku dapat memiliki sahabat karena sifatku yang pendiam terlebih kata ibu sejak kecil aku mempunyai jantung yang lemah. Tidak heran mereka selalu mencemaskan keadaanku yang tidak pernah aku pikirkan, lucunya aku baru tau jantungku membusuk saat kecelakaan itu terjadi.
Aku duduk di teras rumahku yang menghadap ke laut Jawa dan memilih tempat itu sebagai masa penyembuhan dan rehabitasiku. Istriku sedang membuatkan aku segelas susu dan aku tanpa sengaja melihat sebuah buku novel tergeletak di meja teras, mungkin saja istriku baru membacanya dan menaruhnya disana. Aku membuka lembaran itu dan terselip sebuah foto antara aku, istri dan seorang sahabat yang telah lupa dalam ingatanku bernama Fernando.
Bukankah ini foto saat kami berada di Australia, Fernando berkerja sebagai pelayan kafe dan saat itu aku, istriku dan dia berfoto bersama saat berdiskusi. Istriku datang dan menghampiriku sembari meletakkan segelas susu di meja.
“ Mengapa foto ini ada disini sayang?” tanyaku
Istriku terkejut, mungkin karena ia takut gambar itu membuat aku teringat masa lalu.
“ Maaf aku tidak sengaja menemukan novel itu dari kiriman pos seseorang dan ketika membukanya terdapat foto kita semasa kuliah.”
Aku terdiam, istriku langsung seperti salah tingkah.
“ Ngomong-ngomong sekarang dimana Fernando, bukannya terakhir kita masih melihatnya saat bulan madu di Perth?”
Istriku terdiam, suara telepon tiba-tiba berdering dan dia langsung meminta izin untuk mengangkat. Aku hanya bisa mengenang foto kenangan itu, Fernando adalah sahabat pertama yang menjadi temanku saat aku nyaris mati karena kedinginan terserang hujan deras, ia bukan laki-laki beruntung seperti hidupku. Bahkan untuk menyambung hidupnya ia harus bekerja sebagai pelayan restoran, aku berterima kasih padanya karena berkatnya aku masih bisa hidup sampai detik ini.
Berkatnya juga aku bisa mengenal istri yang kucintai saat ini, persahabatan kami baik-baik saja hingga sebuah tragedi terjadi dalam hidup kami. Suatu ketika semua orang mempergunjing aku di kampus dan mengatakan aku seorang gay karena terlalu dekat dengan Fernando. Terang saja aku marah, kami normal dan dekat karena dialah satu-satunya sahabatku di Australia dan aku bahkan rela menghajar orang-orang yag menjelek-jelekkan sahabatku itu. Tapi pertanyaan it u terus menghantuiku, sebagian dari sahabatku memang pernah berbisik kalau sahabatku itu gaytapi Angel tidak pernah mengatakan begitu walaupun mereka sudah mengenal sebelum hadirnya aku.
Tapi hidup memang pahit, di mataku sendiri Fernando berciuman dengan sesama pasangan gay-nya. Aku hancur dan malu memiliki sahabat seperti dia, ada yang aneh ketika melihatnya berbuat demikian. Sidney memang kota bebas bagi gay, tapi tidak buat aku. Aku melupakan semua kebaikan yang pernah dia berikan padaku, jijik rasanya aku melihat monster itu hidup bersamaku selama ini. Aku tau Fernando melihatku memergokinnya saat itu, ia panik dan meminta maaf karena selama ini tidak jujur dengan statusnya, hal terakhir yang kudengar dari mulutnya adalah
“ Aku mungkin gay, tapi aku bukanlah monster yang ada disampingmu selama ini. Bagiku siapapun boleh menganggap aku manusia hina tapi janganlah kau sahabatku, karena kaulah satu-satunya sahabat dalam hidupku yang yatim piatu tanpa siapapun”
Aku tidak tergoda oleh kalimat itu walau terasa menyedihkan, kutinggalkan Sidney saat itu juga dengan membawa Angel pindah ke Perth. Aku tau Angel ingin menyarankan aku untuk menerima kenyataan tapi hatiku membeku dan tidak sudi memiliki sahabat gay dan menjijikkan seperti dia. Sejak saat itu aku tidak pernah melihatnya seperti yang aku katakan sebelumnya kami kembali bertemu saat aku sedang berbulan madu bersama istriku tepatnya 3 tahun setelah kami berpacaran di sebuah restoran mewah ketika Fernando mulai menjadi koki di restorant itu.
Aku sadar ini saat terakhir aku berjumpa dengannya, karena aku akan kembali ke Jakarta. Saran istriku padaku untuk setidaknya mengucapkan kata perpisahan dengannya aku turuti, aku pun mengundangnya minum kopi bersama sebagai sahabat lama walaupun di hatiku tidak pernah mau memaafkan statusnya sebagai gay. Kami bicara seadanya tentang hidup kami , dia mengucapkan selamat atas pernikahan kami. Dan kami pun berpisah, ketika pulang aku tidak mengingat semuanya selain sebuah mobil menabrakku dan aku pun koma hingga tidak sempat mengingat Fernando.
Istriku kembali, dengan wajah sedikit senduh dia duduk di sampingku.
“ Sayang, sebenarnya apa yang kamu pikirkan tentang foto itu”
“ Tidak ada selain pertanyaan ke mana Fernando saat ini?”
Istriku menunduk sambil berkata “ Dia ada disini..”. Aku menjadi bingung,
“ Maksudmu apa?”
“ Fernando tidak akan pernah ada di dunia ini lagi, tapi dia akan selalu ada di sini, tepatnya di jantung yang kamu miliki saat ini.”
“ Aku tidak mengerti maksudmu?”
Istriku menangis sambil bercerita, di saat-saat terakhir usai kecelakaan terjadi. Orang yang membawaku ke rumah sakit adalah Fernando, Dokter mengatakan bahwa jantungku sudah tidak berfungsi. Aku hanya memiliki waktu sedikit untuk tetap hidup dan dokter menyarankan Fernando mencari donor jantung. Istriku Angel begitu terkejut dengan berita kecelakaan itu, ia menangis di samping Fernando. Tidak mungkin mencari jantung yang tepat dalam waktu saat kondisi kritis seperti ini.
” Fernando, sebentar lagi Anthony akan menjadi seorang ayah, aku tidak lagi sanggup hidup bila bayi dalam kandunganku ini tidak memiliki ayah..” ujar Angel.
Fernando tersenyum dan berkata
“ Percayalah kalau Anthony ( namaku) akan tetap hidup di samping kamu untuk selamanya”
Itulah kata-kata terakhir dari istriku, Fernando mendekat pada dokter dan berkata ia mau mendonorkan jantungnya padaku. Dokter terang saja menolak keinginan Fernado karena tidak ada hukum yang mengizinkan orang sehat untuk berbuat demikian. Fernando tidak putus asa, baginya hidupnya yang sebatang kara tidak akan memiliki masa depan terlebih tak akan ada seorang pun yang peduli padanya. Ia dengar kalau hanya orang yang sekarat boleh mendonorkan dirinya, sahabatku melakukan tindakan bodoh.
Sesaat sebelum kematiannya ia menelepon Dokter dan mengatakan bahwa seseorang donor yang bersedia menyumbangkan jantungnya. Dokter bertanya siapa orang itu, dengan tersenyum dibalik telepon Fernando berkata “ Saya menunggu anda di belakang rumah sakit, jantung ini hanya bisa bertahan selama beberapa saat, saya mohon dokter kemarilah dalam waktu 10 menit.” Dengan berani Fernando menabrakkan dirinya pada sebuah truk yang lewat, dia mengorbankan dirinya untuk menjadi donor dalam keadan sekarat.
Angel menerima kabar itu usai operasiku berjalan lancar saat itu ia hendak bertanya sosok donor yang menyumbangkan jantungnya dan berpikir untuk mengucapkan terima kasih pada keluarga, dokter mengatakan sang donor adalah Fernando. Angel tidak mungkin mengatakan kejadian itu padaku, ia hanya ingin menunggu saat yang tepat dan saat inilah aku tau. Aku hanya bisa menangis di atas makam sahabatku. Entah bertapa bodohnya aku tidak pernah mengerti arti sahabat dalam kehidupanku. Kalau saja saat itu aku memaafkan apa yang terjadi mungkin tidak akan ada penyesalan dalam hidupku.
“ Dia sahabat yang tidak hanya menolong hidupku satu kali tapi dua kali, bukanlah dia yang seharusnya meminta maaf tapi akulah yang meminta maaf tidak pernah mengerti bertapa dia adalah sahabat sejati dalam hidupku, aku terlalu egois mengatakan bahwa dia gay dan dia adalah petaka dalam hidupku. Mungkin kata dia terakhir padaku tidak akan pernah terlupa dalam ingatanku, ia memang gay tapi ia bukanlah monster yang akan mencintai sahabatnya sendiri.”
Aku tidak akan pernah melupakan hal ini, walaupun hidupku berjalan dengan waktu, semoga kisahku tidak membuat kalian menjadi seperti aku. Ingatlah sahabat itu hadir dalam hidup kita tanpa pernah kita sadari bahwa sejatinya tidak ada manusia yang sempurna dalam hidup ini. anakku terlahir beberapa bulan kemudian dan untuk mengenang sahabatku, keberikan nama Fernando padanya.
Gay, lesbi , pria buta, wanita bisu mereka adalah manusia yang memiliki hati untuk mencintai dan kasih dalam persahabatan. Setidaknya kita menyadari saat ini sebelum terlambat.
True story ini pernah dimuat di Kompas.
Sabtu, 16 Januari 2010
Perhatian dan Kesadaran
Apakah kita baru menyadari sesuatu setelah kita memperhatikannya, ataukah kita bisa menyadari sesuatu sebelum kita memperhatikannya? Apakah perhatian akan sesuatu menjamin kita menyadarinya? Apakah kesadaran akan sesuatu berarti kita sudah memperhatikannya? Apakah perhatian dan kesadaran adalah hal yang sama?
Hampir seluruh hal yang saya lakukan dalam terapi, training, dan blog ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran orang-orang yang terlibat di dalamnya. Saya percaya bahwa untuk bisa melangkah dan meningkatkan diri, seseorang wajib untuk sepenuhnya menyadari dan mengetahui di mana ia berada, apa saja yang terjadi dalam hidupnya, dan bagaimana hal-hal tersebut membawanya sampai di titik tersebut.
Analogi sederhananya, untuk bisa sembuh dari penyakit, Anda harus bisa mendiagnosanya terlebih dahulu sebelum bisa menentukan obat atau perawatan yang perlu dilakukan. Solusi adalah sebuah kesia-siaan, atau bahkan racun, jika Anda tidak pernah mengetahui kondisi Anda yang sebenarnya. Saya menyebutnya, “To know yourself is to heal yourself.”
Namun hari ini saya belajar hal yang baru yang sangat menarik: perhatian dan kesadaran adalah dua hal yang berbeda. Christof Koch dan Naotsugu Tsuchiya dari California Institute of Technology meneliti hewan primata dan menemukan bahwa mata mereka menerima sekitar 1 juta informasi (sangat berbeda dengan manusia) tiap detiknya, dan otak menyeleksi sebagian kecil yang penting saja untuk diproses secara real time, sementara sisa data lainnya dibiarkan tersimpan tanpa diproses.
Hal tersebut dikenal sebagai ‘perhatian’. Sementara apa itu kesadaran?
“Consciousness is surmised to have substantially different functions from attention. These include summarizing all information that pertains to the current state of the organism and its environment and ensuring this compact summary is accessible to the planning areas of the brain, and also detecting anomalies and errors, decision making, language, inferring the internal state of other animals, setting long-term goals, making recursive models and rational thought.“
Mereka menyampaikan bahwa bukan saja Perhatian dan Kesadaran merupakan dua proses mental yang berbeda, tapi juga salah satu bisa terjadi tanpa kehadiran yang lainnya, seperti ditunjukkan dalam sebuah studi lain, dimana sekelompok partisipan menilai seberapa menarik foto pria dan wanita yang ditampilkan di layar komputer selama 0.013 detik. Sekalipun mereka semua melaporkan tidak sempat menyadari detil gambar wajah-wajah tersebut, mereka ternyata mampu secara akurat memberikan nilai rata-rata yang sama. Ini artinya Anda bisa memperhatikan sesuatu tanpa pernah menyadari apa itu sepenuhnya.
Bagaimana dengan sebaliknya, kesadaran tanpa perhatian? Christof Koch dan Naotsugu Tsuchiya memberikan sejumlah contoh yang agak berbeda dengan studi sebelumnya di atas. Partisipan studi diminta melihat tampilan foto secara mendadak selama 0.030 detik. Mereka semua melaporkan dapat menyebut gambaran umum tentang wajah yang bersangkutan, sekalipun sama sekali tidak bisa mengetahui apa yang sebenarnya mereka lihat.
Agak sulit dimengerti, jadi saya berikan contoh versi yang lebih sederhana saja dalam kasus romansa: Anda selalu menyadari bahwa kekasih Anda menerima dan mencintai Anda apa adanya, namun baru benar-benar memperhatikan betapa langka dan berharganya hal tersebut ketika dia sudah tidak ada lagi di samping Anda.
Sebagai tambahan, saya menemukan sebuah studi lainnya lagi yang menyatakan bahwa membuyarkan konsetrasi perhatian seseorang akan sesuatu akan meningkatkan kesadarannya akan hal tersebut.
Ah, menarik sekali…
Jujur, saya tidak tahu seberapa menarik pembelajaran ini bagi Anda. Saya tidak tahu apakah Anda mengerti apapun yang saya tulis ini. Saya juga tidak tahu bagaimana pengetahuan ini dapat diaplikasikan secara praktis. Yang jelas tujuan tulisan saya, seperti hari-hari lainnya, adalah meningkatkan perhatian dan kesadaran agar menjadi lebih baik, lebih awas, lebih maksimal.
Hampir seluruh hal yang saya lakukan dalam terapi, training, dan blog ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran orang-orang yang terlibat di dalamnya. Saya percaya bahwa untuk bisa melangkah dan meningkatkan diri, seseorang wajib untuk sepenuhnya menyadari dan mengetahui di mana ia berada, apa saja yang terjadi dalam hidupnya, dan bagaimana hal-hal tersebut membawanya sampai di titik tersebut.
Analogi sederhananya, untuk bisa sembuh dari penyakit, Anda harus bisa mendiagnosanya terlebih dahulu sebelum bisa menentukan obat atau perawatan yang perlu dilakukan. Solusi adalah sebuah kesia-siaan, atau bahkan racun, jika Anda tidak pernah mengetahui kondisi Anda yang sebenarnya. Saya menyebutnya, “To know yourself is to heal yourself.”
Namun hari ini saya belajar hal yang baru yang sangat menarik: perhatian dan kesadaran adalah dua hal yang berbeda. Christof Koch dan Naotsugu Tsuchiya dari California Institute of Technology meneliti hewan primata dan menemukan bahwa mata mereka menerima sekitar 1 juta informasi (sangat berbeda dengan manusia) tiap detiknya, dan otak menyeleksi sebagian kecil yang penting saja untuk diproses secara real time, sementara sisa data lainnya dibiarkan tersimpan tanpa diproses.
Hal tersebut dikenal sebagai ‘perhatian’. Sementara apa itu kesadaran?
“Consciousness is surmised to have substantially different functions from attention. These include summarizing all information that pertains to the current state of the organism and its environment and ensuring this compact summary is accessible to the planning areas of the brain, and also detecting anomalies and errors, decision making, language, inferring the internal state of other animals, setting long-term goals, making recursive models and rational thought.“
Mereka menyampaikan bahwa bukan saja Perhatian dan Kesadaran merupakan dua proses mental yang berbeda, tapi juga salah satu bisa terjadi tanpa kehadiran yang lainnya, seperti ditunjukkan dalam sebuah studi lain, dimana sekelompok partisipan menilai seberapa menarik foto pria dan wanita yang ditampilkan di layar komputer selama 0.013 detik. Sekalipun mereka semua melaporkan tidak sempat menyadari detil gambar wajah-wajah tersebut, mereka ternyata mampu secara akurat memberikan nilai rata-rata yang sama. Ini artinya Anda bisa memperhatikan sesuatu tanpa pernah menyadari apa itu sepenuhnya.
Bagaimana dengan sebaliknya, kesadaran tanpa perhatian? Christof Koch dan Naotsugu Tsuchiya memberikan sejumlah contoh yang agak berbeda dengan studi sebelumnya di atas. Partisipan studi diminta melihat tampilan foto secara mendadak selama 0.030 detik. Mereka semua melaporkan dapat menyebut gambaran umum tentang wajah yang bersangkutan, sekalipun sama sekali tidak bisa mengetahui apa yang sebenarnya mereka lihat.
Agak sulit dimengerti, jadi saya berikan contoh versi yang lebih sederhana saja dalam kasus romansa: Anda selalu menyadari bahwa kekasih Anda menerima dan mencintai Anda apa adanya, namun baru benar-benar memperhatikan betapa langka dan berharganya hal tersebut ketika dia sudah tidak ada lagi di samping Anda.
Sebagai tambahan, saya menemukan sebuah studi lainnya lagi yang menyatakan bahwa membuyarkan konsetrasi perhatian seseorang akan sesuatu akan meningkatkan kesadarannya akan hal tersebut.
Ah, menarik sekali…
Jujur, saya tidak tahu seberapa menarik pembelajaran ini bagi Anda. Saya tidak tahu apakah Anda mengerti apapun yang saya tulis ini. Saya juga tidak tahu bagaimana pengetahuan ini dapat diaplikasikan secara praktis. Yang jelas tujuan tulisan saya, seperti hari-hari lainnya, adalah meningkatkan perhatian dan kesadaran agar menjadi lebih baik, lebih awas, lebih maksimal.
Langganan:
Postingan (Atom)