Kengerian macam apa yang membayangi anda ketika berhadapan dengan laut lepas? Seandainya anda kecebur laut yang penuh ombak itu, kira-kira nasib apa yang akan anda alami? Jangankan kecebur laut, mendengar debur ombaknya saja rasanya sudah menggetarkan, bukan? Saat membayangkan betapa luas dan dalamnya lautan, kita sering dihantui oleh pikiran-pikiran yang menyeramkan. Takut diserang ikan hiu. Takut tenggelam ditelan gelombang. Dan beragam macam ketakutan lainnya yang membuat hati kita ciut. Lalu, ingatkah anda bahwa selain untuk menggambarkan laut luas, kita juga menggunakan kata ’Samudera’ untuk menggambarkan betapa luas dan misteriusnya kehidupan kita? Kita menyebutnya ’samudera kehidupan’. Jika demikian, apakah hati kita juga diliputi kengerian saat membayangkan betapa luas dan dalamnya samudera kehidupan ini?
Semua kengerian tentang laut benar-benar membanjiri hati istri saya ketika dia telah mengenakan pakaian khusus penyelam. Maklum, ini adalah penyelaman pertama yang dilakukannya. Tetapi, kami meyakinkan dirinya bahwa dibawah sana ada keindahan yang dihamparkan Tuhan bagi mereka yang bersedia untuk menyelaminya. Keindahan yang tidak pernah bisa kita tatap dari permukaan air laut yang penuh gelombang dan tamparan ombak beriak-riak. Keindahan yang hanya bisa kita nikmati, jika kita bersedia untuk menceburkan diri, dan menyibakkan kengerian yang menyelimutinya.
”Embaknya kok tegang begitu?” goda instruktur diving yang memandu kami. ”Tenang saja, Mbak” katanya lagi. Sembari sekali lagi dia meyakinkan bahwa diving itu adalah kegiatan yang sangat aman. Saya memegang erat tangan istri saya untuk mengurangi kecemasan yang mengganggunya. Bagaimanapun juga, untuk ukuran orang yang pertama kali diving, prestasi istri saya layak diacungi jempol. Gemetaran sedikit masih bisa dimaklumi.
”Takut ya?” tiba-tiba saja penyakit iseng saya kambuh. Istri saya hanya mencibir sambil menambah kencang pegangan tangannya ketika boat yang membawa kami meluncur semakin jauh ke tengah laut. Dan ketika tiba saatnya untuk menyelam, tidak ada lagi kesempatan untuk berpegangan tangan dengan saya. Sehingga dia harus benar-benar percaya bahwa dia bisa menyelam bukan hanya sekedar aman, tetapi juga menyenangkan. Didalam air, saya tidak melihat ketegangan menyelimuti dirinya. Mungkin beragam ikan warna-warni yang mengerubutinya telah memakan habis ketegangan itu. Meski tanpa kata, saya bisa merasakan bahwa istri saya sangat menikmatinya. Sampai-sampai kantong plastik berisi roti yang menjadi umpan ikan terlepas dari tangannya. Seekor ikan besar menyambar dan membawanya pergi. Untung instrukturnya berbaik hati memberikan umpan miliknya sehingga istri saya masih bisa merayu ikan-ikan itu untuk datang mendekat.
Setelah penyelaman itu, sama sekali tidak terlihat ketegangan yang sebelumnya saya baca diseluruh tubuhnya. Yang ada hanya tawa dan cerita ini itu tentang pengalaman menakjubkan yang baru saja didapatkannya. Terlebih lagi tentang ikan besar yang memiliki dua gigi menonjol dimulutnya. Istri saya bilang, ikan itu cantik. Bahkan dia mengatakan kalau ikan itu seperti memiliki alis mata yang diukir. Juga tentang pesona ikan- ikan yang cantik seolah mengenakan kosmetik. Serta sejuta kisah lainnya dalam penyelaman itu. Diam-diam, saya bertanya pada diri sendiri;”pergi kemana semua kengerian yang pernah menakuti dirinya?”
Tiba-tiba saja, saya jadi teringat akan Samudera Kehidupan kita. Mengingat betapa luasnya ia, kita sering ngeri dibuatnya. Kita sering dibayangi oleh ketakutan akan ada hal-hal mengerikan dalam hidup kita, seperti kita takut akan ada hiu yang siap menyerang. Mengingat betapa misteriusnya dia, kita sering khawatir atas apa yang akan terjadi esok. Mengingat betapa penuh teka-tekinya dia, kita sering tidak berani melakukan sesuatu untuk menemukan keindahan hidup yang sesungguhnya. Seperti ketakutan yang menyelimuti hati istri saya ketika dia harus terjun ke laut lepas. Padahal, seandainya dia memutuskan untuk tidak melakukannya, maka dia tidak akan pernah bisa bercerita tentang alis mata ikan-ikan yang memanjakannya itu.
Ketika membayangkan untuk terjun ke laut, istri saya begitu takut. Namun, setelah menyelam kedalamnya, dia seolah enggan untuk kembali ke perahu. Karena ternyata, didalam laut yang membuat kita takut itu, terdapat keindahan yang tiada terlukiskan. Ketika membayangkan untuk terjun kedalam samudera kehidupan, kita sering begitu takut. Kita takut tidak bisa menyelam didalamnya. Kita takut terseret gelombangnya. Kemudian tenggelam. Dan tidak bisa kembali ke permukaan. Padahal, boleh jadi; dikedalaman samudera kehidupan kita yang penuh misteri itulah keindahan hidup kita tersimpan. Sebab, seperti kita memandang lautan dari atas; kita hanya mampu melihat deburan ombak dan hamparan gelombang. Kita sama sekali tidak bisa melihat keindahan yang mereka sembunyikan dibawahnya. Demikian pula halnya dengan hidup kita. Jika kita hanya berani memandang permukannya saja; mungkin kita hanya bisa melihat gelombang-gelombang yang mendebarkan. Kita sama sekali tidak bisa melihat apa yang disembunyikan didalam gelombang kehidupan itu, jika kita tidak bersedia untuk masuk kedalamnya.
Sungguh, laut itu indah. Namun, keindahan sesungguhnya hanya bisa kita temukan ketika kita menyelam masuk kedalamnya. Sungguh, hidup ini indah. Namun, boleh jadi keindahan hidup sesungguhnya hanya bisa kita temukan ketika kita bersedia benar-benar menceburkan diri kedalam kehidupan itu sendiri. Sebab, seperti apa yang kita alami sewaktu menyelam. Pemandangan didalam air, sungguh sangat berbeda dari apa yang terlihat dipermukaan. Oleh karena itu, untuk menemukan keindahan sesungguhnya dari hidup ini, barangkali; tidaklah cukup hanya dengan melihat dan menjelajahnya dipermukaan saja. Barangkali, kita harus bersedia ’menahan nafas’, lalu terjun kedalam. Meskipun beresiko. Sekalipun pada awalnya tidak nyaman. Namun, ketika kita sudah sampai kedalam, kita akan menemukan sejatinya sebuah keindahan. Dan begitu kita berhasil menemukannya, kita menjadi tahu bahwa keindahan itu tidak bisa didapatkan jika kita bersikukuh untuk tetap tinggal dipermukaan.
Selasa, 22 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar